Berebut Tahta Pasundan
Oleh : Komandan Gubrak
Persaingan menuju Jabar menemui titik terang. Setidaknya ada empat pasangan yang di dukung oleh parpol di pastikan telah mendaftar sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil
Gubernur ke KPUD. Ini masih di tambah satu pasangan calon dari jalur
independen, yaitu mantan Kapolda Sumsel, Dikdik Mulyana Arief Mansur yang
berpasangan dengan mantan sekda kabupaten Indramayu, Cecep Nana Suryana Toyib.
Kehadiran 5 bakal calon pemimpin daerah Jawa Barat ini seolah mengulang apa
yang pernah terjadi di DKI Jakarta. Dimana 4 partai terbesar di dua provinsi
ini memilih untuk mengajukan calon masing masing.
Dede Yusuf – Lex Laksamana
Partai Demokrat sebagai pemenang di pemilu legislatif Jawa
Barat 2009 dengan torehan angka sekitar 35% mengusung kader terbaiknya yang
juga wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf. Calon ini berpasangan dengan mantan
sekda Jawa Barat Lex Laksamana. Selain di dukung oleh Partai Demokrat, pasangan
ini juga di sokong oleh Partai Gerindra, PAN dan PKB. Gabungan dari keempat
parpol ini setidaknya mewakili 45% kursi DPRD Jawa Barat. Dari segi
popularitas, dari sekian hasil survey, nama Dede Yusuf di nilai sebagai calon
yang paling berpeluang besar memenangkan kursi Jabar 1. LSI pada bulan Juni
lalu misalnya, merilis hasil survei yang menempatkan Dede Yusuf sebagai calon
paling popular dengan dukungan responden sekitar 41,4%. Angka ini jauh
mengungguli kader PKS yang juga Gubernur Jawa Barat saat ini, Ahmad Heryawan.
Dalam survei ini, Aher hanya mampu mengumpulkan dukungan sekitar 10%.
Selain unggul dari segi popularitas, mantan politisi PAN ini
juga di untungkan dengan fakta 2009 di
mana Partai Demokrat menang di hampir setiap kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Sebaran suara yang cukup merata, di tambah dengan amunisi yang berasal dari 3
partai pendukung tak pelak menjadikan pasangan Dede – Lex ini sebagai kandidat
paling menonjol dan berpotensi menang satu putaran.
Akan tetapi, dukungan parpol yang kuat serta popularitas
tinggi sepertinya belum menjadi jaminan bagi setiap pasangan calon kepala
daerah. Lagi lagi kasus pilkada Jakarta bisa menjadi pelajaran paling berharga
bagi setiap kandidat. Di mana calon dengan dukungan parpol kuat, popularitas
tinggi serta logistik yang besar harus menelan pil pahit di kalahkan calon dari
luar daerah yang hanya di dukung oleh dua partai politik. Kasus seperti ini
bisa saja terulang, apalagi Dede Yusuf juga berasal dari partai Demokrat.
Partai penguasa dan pemenang pemilu yang akhir akhir ini menghadapi masalah
besar dimana banyak kader kadernya yang tersangkut kasus hukum. Di akui atau
tidak, kasus korupsi di tubuh Demokrat, sejatinya ikut memberikan andil bagi
kekalahan Foke di Jakarta. Jika persepsi masyarakat Jawa Barat sejalan dengan
pemilih DKI, maka posisi Dede Yusuf dan pasangannya bisa jadi dalam masalah
besar.
Ahmad Heryawan – Dedy Mizwar
Dari segi popularitas, kedua pasangan ini cukup dikenal oleh
masyarakat Jawa Barat. Yang pertama adalah Gubernur Jawa Barat, nama kedua
adalah actor kawakan yang namanya di kenal secara nasional. Pasangan ini di
dukung oleh 3 partai politik. Di antaranya PKS, PPP dan Partai Hanura. Dalam
pemilu legislatif 2009, PKS dan PPP adalah partai terbesar keempat dan lima
dengan total perolehan suara tak kurang dari 20 %. Kedua partai ini juga
memiliki basis massa yang cukup kuat di Jawa Barat. Kantong kantong PKS di
antaranya adalah Kota Bandung, Kota Depok, Cimahi dan beberapa daerah lain
seperti Bekasi, Bogor, Sukabumi dan sebagainya. Sementara PPP juga memiliki
kantong kantong potensial yang kemungkinan besar mampu memberikan sumbangan
besar bagi kemenangan pasangan ini. Misalnya Kabupaten Tasikmalaya, Kota
Tasikmalaya dan Kabupaten Bogor. Selain itu, kedua partai ‘Islam’ ini sejak
rentang waktu 2009 hingga kini cukup berhasil menempatkan kader kadernya
sebagai kepala daerah dan walikota. Sebut saja Nurmahmudi Ismail (walikota
Depok) yang berasal dari PKS atau Bupati Bogor Rahmat Yasin, walikota Tasik
Budi Budiman serta bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum yang merupakan kader
kader PPP.
Namun demikian, kendala yang terberat bagi pasangan ini juga
tak kalah peliknya. Misalnya soal basis pendukung. PKS dan PPP di kenal cukup
kuat di lintasan selatan provinsi Jawa Barat dan di wilayah perkotaan. Kedua partai
ini juga tak memiliki cukup banyak pendukung di wilayah utara. Apalagi jika di
kaitkan dengan survei parpol terakhir yang memprediksikan bahwa suara partai partai
agama akan mengalami penurunan signifikan. Ini bisa menjadi beban berat bagi
pasangan ini. Di tambah figur Heryawan yang sepertinya sulit bersaing bahkan
dengan Rieke sekalipun. Untungnya, Heryawan cukup cerdas memilih pendamping.
Nama Dedy Mizwaw bisa menjadi garansi untuk mengatrol perolehan suara pasangan
ini. Setidaknya, kemenangan di pilkada sebelumnya yang menempatkan figur artis sebagai wakil dan memperoleh hasil
maksimal bisa di jadikan rujukan.
Yance – Tatang
Ini adalah pasangan cagub dan cawagub yang di klaim
merepresentasikan kekuatan selatan dan utara Jawa Barat. Yance atau Irianto MS
Syafiuddin adalah ketua DPD Golkar Jawa Barat, mantan bupati dua periode
Indramayu dan di kenal cukup luas di daerah pantura. Sementara wakilnya, Tatang
Farhanul Hakim, juga mantan bupati dua periode di Kabupaten Tasikmalaya.
Politisi PPP yang kini menyeberang ke PAN ini juga cukup di kenal di selatan
Jawa Barat, terutama daerah Tasikmalaya dan sekitarnya.
Pasangan ini di dukung oleh Partai Golkar. Pemenang kedua
pileg Jabar 2009. Dari segi mesin politik, sepertinya Golkar cukup memiliki
banyak amunisi untuk memenangkan calonnya. Partai ini setidaknya menjadi partai
yang paling banyak memenangkan pilkada di kabupaten dan kota di Jawa Barat. Banyak
bupati maupun walikota di Jawa Barat yang merupakan kader kader dari partai
berlambang pohon beringin ini. Misalnya Bupati Bandung, Bekasi, Ciamis, Tasikmalaya,
Indramayun dan Purwakarta. Juga menjadi walikota Banjar, Bekasi dan Cimahi.
Bahkan bupati Garut yang berangkat dari independenpun belakangan juga bergabung
di Golkar. Ini belum termasuk kader kader yang menjadi wakil kepala daerah.
Jika potensi para kepala daerah ini bisa di manfaatkan dengan baik, bukan tidak
mungkin pasangan Yance – Tatang memenangkan pilkada Jabar.
Rintangan yang bakal di hadapi pasangan ini cukup berat. Status
Yance yang merupakan tersangka kasus korupsi proyek PLTU Indramayu pada saat
dia menjadi bupati, bisa jadi adalah penghalang utama baginya untuk meraih
simpati masyarakat. Selain itu, soal popularitas, jika di bandingkan dengan
calon lain. Terlalu berat bagi pasangan ini untuk menang. Bahkan beberapa
pengamat malah memprediksikan nasib Yance bakal mengulang Alex Nurdin di
Jakarta.
Rieke – Teten
Barangkali pasangan inilah satu satunya calon yang berasal
dari daerah yang sama. Keduanya sama sama kelahiran Garut, namun aktifitasnya
lebih banyak di Jakarta. Rieke Dyah Pitaloka adalah anggota DPR RI dari PDI
Perjuangan, aktifis buruh sekaligus artis terkenal. Sementara Teten Masduki
adalah sekjen TII (Tranparency International Indonesia), pendiri ICW dan
penggiat anti korupsi yang kredibilitasnya tak di ragukan lagi. Kendati hanya
di dukung oleh PDI Perjuangan, akan tetapi kans pasangan ini oleh banyak pihak
di nilai cukup besar. Keduanya adalah tokoh tokoh bersih, terkenal dan memiliki
reputasi baik. Dalam survey terakhir, Rieke di anggap sebagai calon potensial
yang kenaikan elektabilitasnya cukup meyakinkan.
LSID (Lingkar Studi Informasi Demokrasi) pada bulan Januari
merilis sebuah hasil survei yang menempatkan ‘Oneng’ di peringkat empat dengan
elektabilitas sekitar 2,6%. Masih kalah dari Dede Yusuf (16,7%), Ahmad Heryawan
(15,2%) dan Yance (5,3%). Namun di bulan Oktober 2012, lembaga survei yang sama
merilis bahwa popularitas ‘Oneng’ melesat tajam di angka 11,8% dan hanya kalah
dari Dede Yusuf (17,2%) dan Ahmad Heryawan (15,4%). Ini mengingatkan kita pada
gelaran pilkada DKI dimana nama Jokowi sebelumnya oleh lembaga survey tidak
terlalu di unggulkan. Akan tetapi menjelang pemungutan suara, popularitasnya
menanjak cepat bahkan akhirnya mengungguli Foke yang hampir di semua survey di
prediksikan menang.
Pasangan ini bukan tidak mungkin akan mengulang apa yang terjadi
di DKI. Mengingat track record keduanya yang relatif bersih dari isu isu
miring. Oneng yang popular, Teten yang aktifis anti korupsi serta di dukung
oleh PDI Perjuangan yang di kenal memiliki massa yang militant adalah jaminan
bagi mereka. Belum lagi faktor Virus Jokowi yang kemungkinan bakal menular di Jawa
Barat.
Dari segi basis pemilih, PDI Perjuangan yang merupakan
pemenang ketiga pileg Jawa Barat 2009 di kenal memiliki basis yang cukup kokoh
di Jawa Barat. Terutama di daerah Pantura. Cirebon, Indramyu, Majalengka,
Kuningan, Subang dan lain sebagainya. Selain itu, PDI Perjuangan juga tercatat
memiliki kepala daerah terbanya kedua setelah Golkar. Bupati Bandung Barat,
Cirebon, Kuningan, Majalengka, Subang, Sumedang serta Walikota Kota Cirebon adalah kepala daerah yang berasal
dari Partai berlambang kepala Banteng ini.
Dikdik – Cecep
Tanpa bermaksud meremehkan kandidat independen, menurut
kami kemampuan keduanya untuk bersaing masih
jauh dari harapan. Sulit bagi keduanya untuk menembus ke 3 besar. Selain faktor
mesin politik, popularitas keduanya juga tidak terlalu meyakinkan. Namun
demikian, dalam politik segala sesuatunya bisa terjadi.
Tidak ada komentar