Polling : 89,7% masyarakat Muslim Indonesia mengaku sebagai warga NU
Pernyataan Sutan Batugana bahwa
Gus Dur di jatuhkan karena kasus korupsi sontak memicu reaksi masyarakat. Di
berbagai daerah, massa NU berdemonstrasi menuntut anggota DPR RI itu meminta
maaf atas pernyataan konyolnya. Di Jakarta misalnya, ratusan orang mendatangi
kantor DPP Partai Demokrat dan menuntut Partai Demokrat mencopot Sutan Batugana
dari posisinya baik di DPR maupun struktur Partai. Bak bola salju, reaksi tak
kalah keras juga datang dari aktifis lintas agama dan mahasiswa yang intinya
menyayangkan pernyataan Sutan Batugana.
Pict : lensaindonesia.com
Reaksi keras dan massif ini tak
pelak membuat petinggi Demokrat kelabakan di buatnya. Ketua Umum PD langsung
mengeluarkan statemen permintaan maaf kepada warga NU dan keluarga Gus Dur.
Beberapa petinggi partai mercy itu juga menyayangkan ucapan Batugana. Sutan
Batugana yang awalnya tampak ogah ogahan meminta maaf, pada akhirnya luluh
juga. Dengan di antar beberapa koleganya di Partai, kader Demokrat asal
Sumatera Utara ini kemudian mendatangi keluarga Gus Dur di Ciganjur dengan
maksud meminta maaf.
Gus Dur memang fenomenal. Kendati
sudah hampir tiga tahun Presiden ke empat RI, Ketua Dewan Syuro PKB dan mantan
Ketum NU ini meninggalkan kita semua, tapi pesona Gus Dur seolah tak pernah
surut. Gagasan gagasannya tentang pluralisme, demokrasi dan kemanusiaan masih
terus di gaungkan oleh para pengagumnya. Keberaniannya dalam menentang setiap
upaya diskriminasi terhadap warga minoritas nyaris sulit di cari tandingan. Di
kenal memiliki pendukung yang sangat militan, setia dan fanatik. Terdiri dar
berbagai macam varian masyarakat. Tidak hanya warga NU saja, tapi juga melewati
batas agama, suku bahkan negara.
Reaksi Gusdurian (pengagum Gus Dur) yang sporadis
dan spontan ini kiranya bukan yang pertama kali. Pada tahun 2001 ketika Gus Dur
hendak di jatuhkan dari kursi kepresidenan misalnya, ribuan pendukung Gus Dur
langsung bereaksi. Mereka secara spontan bergerak dari daerah yang rata rata
adalah basis NU ke Jakarta guna membela sang Presiden. Kendati akhirnya gagal
mengubah keadaan, akan tetapi militansi Gusdurian tak juga lekang di makan
waktu. Dalam beberapa hal, loyalis Gus Dur juga menjadi momok bagi gerakan
gerakan radikal. FPI yang di kenal garang dalam setiap aksi misalnya,
seringkali di buat kelimpungan dengan massa Gusdurian. Dalam kasus Monas 2008
di mana Habib Rizieq selaku Ketua Umum FPI mengeluarkan pernyataan bernada
menghina Gus Dur, sontak memicu reaksi keras dari Gusdurian. Kantor kantor FPI
di berbagai tempat di serbu pendukung Gus Dur, bahkan laskar fanatik Gus Dur
juga bergerak ke Jakarta guna mengepung kantor pusat FPI. Mungkin jika beberapa
petinggi FPI tidak di jebloskan ke dalam penjara oleh aparat keamanan,
konfontasi fisik dalam skala besar melawan FPI bisa jadi tak bisa di hindari
lagi. Sebelumnya di 2005, pernyataan sembrono dari petinggi Majelis Mujahidin
Indonesia (Yunus Muhammad Bakar) yang
akan menyembelih Gus Dur jika terus terusan membela Ahmadiah, juga di respons
sepadan oleh pendukung Gus Dur. Ribuan orang menggeruduk kantor kantor MMI dan mengancam akan menghabisi terlebih
dahulu anggota MMI sebelum mereka melaksanakan niatnya menyembelih Gus Dur.
Walaupun Gus Dur di kenal
memiliki pengagum dari berbagai kalangan, tapi pendukung utama Gus Dur tetap
saja warga NU atau lebih sering di sebut warga Nahdliyin. NU atau Nahdlatul
Ulama adalah organisasi keagamaan yang berhaluan ahlus sunnah wal jamaah.
Beberapa sumber mengatakan bahwa ormas yang di dirikan oleh kaum ulama ini di
klaim sebagai ormas terbesar di Indonesia bahkan dunia. Jumlah pengikutnya
puluhan juta. Ada yang mengatakan 40% dari penduduk Indonesia, ada yang bilang
35% dari jumlah muslim di Indonesia (ini menurut survey LSI tahun 2009).
Tak jelas memang, seberapa banyak
sebenarnya warga NU di Indonesia. Asumsi asumsi yang di bangun sebagian besar
memang di dasarkan pada perkiraan maupun survey lembaga lembaga polling. Bicara
tentang polling, Gubrak beberapa saat lalu (30/11/2012) juga menggelar survey
untuk mengetahui kedekatan atau afiliasi masyarakat terhadap organisasi
organisasi keagamaan. Polling kami menggunakan metode mengirimkan pertanyaan
via sms dengan tema tertentu. Pertanyaan yang kami ajukan sebagai berikut :
POLLING GUBRAK
Secara amaliah, anda lebih dekat
kemana ?
> NU
> Muhammadiyah
> Persis
> Jamaah Tabligh
> MTA
> Salafi/Wahabi
> HTI
> Lainnya
Survey ini menyasar ke lebih dari
700 nomer ponsel Gubraker seluruh Indonesia. Namun demikian, dari angka
tersebut hanya 68 responden yang mengirim jawaban pada kami. Dan dari 68
responden yang menjawab pertanyaan kami, kami mendapatkan gambaran hasil
sebagai berikut :
1. NU : 61 suara/ 89,7%
2. Muhammadiyah : 3/ 4,4%
3. Ahmadiah : 1/ 1,4%
4. Salafi/Wahabi : 1/ 1,4%
5. Nahdhatul Wathan : 1/ 1,4%
6. Tidak Tahu : 1/ 1,4%
Survei ini mungkin tidak menggambarkan
kekuatan NU sesungguhnya, mengingat kami memiliki keterbatasan perwakilan
responden, terutama di luar pulau Jawa. Akan tetapi untuk mengukur kekuatan NU
di pulau Jawa, kami kira survey ini patut di jadikan bahan masukan. Sebagai
gambaran, menurut survey statistik 2010, faktanya jumlah penduduk Indonesia
yang tinggal di Pulau Jawa angkanya kurang lebih 58% dari total penduduk
Indonesia. Taruhlah responden kami hampir semuanya tinggal di pulau Jawa, maka secara nasional
kekuatan NU masih berada di kisaran 50%. Padahal menurut data yang masuk ke
kami, setidaknya dari 68 responden, 20% atau 13 nya berasal dari luar Jawa dan
Madura.
Namun demikian, ada satu hal yang
masih menjadi tanda tanya. Apakah mereka yang mengaku sebagai Nahdliyin ini
adalah tipe pengikut setia yang dalam banyak hal tunduk terhadap keputusan pemimpin maupun organisasinya
?. Kami kira, belum tentu juga. Langkah langkah NU di bidang politik misalnya,
tidak serta merta di ikuti oleh massa NU. Pembentukan PKB yang di bidangi oleh
elite elite NU maupun PPP yang di bentuk salah satunya dari unsur NU, tidak
mendapat apresiasi penuh dari warganya. Partai partai ini hanya mampu survive
di beberapa wilayah terutama di pulau Jawa, tapi sepi peminat di luar Jawa. Ini
pula yang akhirnya menciptakan sebuah opini bahwa NU hanya ada di Jawa. Menurut
kami, ini kesalahan analisis. Survey kami membuktikan bahwa secara tradisi,
orang yang tinggal di luar Jawapun mengaku lebih dekat dengan NU daripada yang
lain. Menurut kami, ini adalah sebuah potensi besar yang belum sepenuhnya
maksimal di garap oleh elite elite NU. Jika kita analogikan pulau Jawa sebagai
pusaran NU, maka daerah daerah di luar Jawa adalah riak riaknya. Maka, ke depan
NU tidak boleh lagi hanya berkutat di pulau Jawa. Harus ada kontribusi yang
lebih untuk memperkuat basis di area yang kami sebut sebagai riak riak itu.
Team Survey GUBRAK :
potone juooosssssss
BalasHapus