Khitan (sunat) Tradisi Siapa ?
Menarik sekali diskusi soal khitan di group Kongkow Bareng Gubraker.
Tentang apakah khitan itu wajib, tentang khitan bagi perempuan, tentang
manfaat dan madlarat khitan, serta banyak lagi. Yang tentunya di
diskusikan dengan cara santun, cair, bersahabat, dan terkadang di
selingi guyonan guyonan khas Gubraker.
Sepanjang yang
penulis tahu, perintah khitan secara jelas tidak di temukan dalam kitab
suci Al Qur'an. Tradisi potong ujung kelamin ini bisa kita temukan dari
beberapa perkataan nabi. Misalnya,
Dari Abu Hurairah
bahwasanya Rasulullah Muhammad bersabda, "Nabi Ibrahim 'alaihissalam
berkhitan setelah berusia delapan puluh tahun dan beliau khitah dengan
menggunakan kampak". (HR Bukhari jus 7, hal 143)
Dari
Abu Hurairah dari Muhammad SAW, beliau bersabda, "fitrah itu ada lima,
yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu
ketiak dan memotong kumis" (HR Muslim juz 1 hal 221)
Masih
ada beberapa hadist lagi yang menegaskan anjuran berkhitan bagi setiap
umat muslim terutama kaum pria. Yang jadi persoalan adalah, apakah
anjuran itu bersifat wajib, sunnah atau hanya sekedar saran saja ?.
Di
kalangan ulama pendapat pendapat mengenai khitan memang sangat
bervariasi. Ada yang mengatakan wajib, sunnah muakkad atau hanya sebatas
sunnah. Imam Syafi'i dan Imam Ahmad misalnya, berpendapat bahwa khitan
itu wajib bagi setiap muslim (pria). Sementara Imam Hanafi dan Imam
Maliki menyatakan khitan itu hukumnya sunnah. Namun Imam Malik
menegaskan bahwa sunnah dalam hal ini bila di tinggalkan hukumnya dosa.
Sementara Ibnu Qudamah dalam kitab Mughni menyatakan khitan itu hukumnya
wajib. Namun ada catatan kecil, bilamana ada lelaki dewasa yang masuk
Islam akan tetapi takut di khitan, maka hukumnya tidak wajib.
Sementara
khitan bagi wanita menurut sebagian ulama mengatakan hukumnya sunnah.
Sebagian lain mengatakan bukan sunnah, melainkan anjuran. Dan dari semua
itu, hampir kebanyakan ulama mengatakan hukumnya tidak sampai pada
tataran wajib.
ASAL MUASAL KHITAN
Ada
yang menarik dari tradisi khitan. Walaupun Al Qur'an tidak secara
spesifik memerintahkan, akan tetapi tradisi khitan sudah sedemikian
mendarah daging. Hampir sulit kita temui seorang muslim yang sudah
dewasa belum di khitan. Bahkan untuk menegaskan betapa pentingnya
khitan, beberapa daerah sampai menggelar tradisi yang erat hubungannya
dengan khitan. Misalnya tradisi slametan, acara pengantin sunat, ada
sunat rasul dan banyak lagi ritual ritual yang mengiringi acara khitan.
Lalu dari manakah sebenarnya asal muasal tradisi khitan itu ?
Jika
kita melongok hadits nabi yang di riwayatkan Imam Bukhari, Muslim dan
sebagainya, pelaku khitan paling awal adalah nabi Ibrahim. Nabi yang di
juluki bapak agama ini setidaknya berkhitan setelah umurnya menginjak
delapan puluh tahun atau lebih. Tidak jelas, apakah sebelumnya ada
tradisi demikian ataukah Ibrahim sendiri yang mengawali tradisi itu.
Tradisi khitan juga bisa kita lihat dalam penggalan teks dari alkitab (Injil). Misalnya,
Kejadian 17:9-14
9. Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
10.
Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku
dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus
disunat;
11. haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.
12.
Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap
laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu,
maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak
termasuk keturunanmu.
13. Orang yang
lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat;
maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
14.
Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit
khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."
Secara
gamblang alkitab menyebut bahwa hukum khitan tidak sekedar wajib, akan
tetapi juga di iringi dengan ancaman hukuman bagi yang tidak
melakukannya. Seperti yang tertulis di ayat ke 14, bahwa mereka yang
tidak di sunat harus di lenyapkan atau di kucilkan dari orang orang
sebangsanya.
Namun demikian, faktanya tidak semua penganut
Injil melakukan khitan. Mereka berpendapat bahwa perintah khitan
bukanlah perintah umum yang harus di lakukan oleh semua penganut
agamanya. Akan tetapi perintah ini bersifat khusus. Khitan menurut
mereka hanya perintah yang di khususkan bagi Ibrahim dan keturunanannya
turun temurun (Kejadian : 9) sebagai wujud ketaatan janjinya pada Tuhan.
Oleh sebab itu, mereka yang bukan keturunan dari Ibrahim tidak wajib
melaksanakan khitan.
Di dunia ini, setidaknya ada dua
entitas yang hingga sekarang masih melanggengkan perintah khitan.
Pertama adalah kaum Yahudi. Kelompok ini mengklaim sebagai keturunan
paling dekat Ibrahim dengan jalur salah satu putranya yang bernama
Ishaq. Kelompok kedua, tentu saja Muslim. Maka ketika beberapa saat lalu
pemerintah Jerman mengusulkan larangan khitan, Yahudi dan Muslim
bersatu padu menolak aturan itu.
Seorang kawan mengatakan
kepada saya, kalau ada Yahudi yang mati matian mempertahankan tradisi
khitan, masih bisa di mengerti. Karena alkitab menyatakan demikian.
Bahwa tradisi itu hanya berlaku bagi Ibrahim dan keturunannya. Tapi
kenapa Muslim juga terlihat fanatik melaksanakan tradisi itu, sedang
mereka tidak punya akar sejarah. Yaitu sejarah sebagai keturunan Ibrahim
?.
Komentar kritis ini patut kita apresiasi. Sebagai
bahan untuk menelisik lebih dalam lagi mengenai klaim umat Islam
terhadap tradisi tradisi yang di anut bangsa Yahudi.
Di
bangku sekolah, di pesantren maupun dalam khutbah khutbah keagamaan,
kita seringkali mendengar bahwa Nabi Muhammad juga merupakan keturunan
dari Nabi Ibrahim melalui jalur Ismail (Samuel). Dalam kata lain, Ishaq
menurunkan bangsa Yahudi, sementara Ismail menurunkan bangsa Arab.
Klaim
dari umat Muslim ini seringkali mendapat tentangan dari penganut lain.
Tidak ada fakta sejarah (menurut versi mereka) yang menyatakan bahwa
Ibrahim pernah datang ke Arab dan beranak pinak di sana. Bahkan kota
Mekah sendiri menurut pakar sejarah di anggap tidak pernah ada minimal
sebelum abad 1 Masehi. Artinya, kedatangan Ibrahim ke Makkah sangat
tidak mungkin mengingat figur yang satu ini hidup sebelum abad Masehi.
Pendapat
ini boleh jadi benar, tapi boleh jadi juga salah. Sebagian besar umat
Islam percaya bahwa Ibrahim bersama istrinya Hajar pernah datang ke
Makah. Sehingga sangat mungkin dia beranak pinak dan menurunkan bangsa
Arab. Akan tetapi jikapun Ibrahim tidak pernah menginjakkan kaki di
tanah Arab seperti halnya klaim mereka, ada hal lain yang barangkali
bisa menjelaskan hubungan antara Muhamad, Islam dan tradisi Yahudi.
Dalam buku The Messianic Legacy dan Holy Blood And The Holy Grail
(Karya Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln) memberi
penjelasan lain tentang hubungan kekristenan awal dengan Islam. Dalam
buku itu Yesus di inisiasi sebagai anggota kelompok Nazarea. Kelompok
ini di kenal sebagai penganut kekristenan awal. Beberapa ciri dari
kelompok ini adalah menolak keperawanan Maria, menolak keilahian Yesus
dan menganggap Yesus adalah pewaris tahta Raja Daud. Selain itu,
kelompok ini dikenal fanatik menjaga tradisi Yahudi. Itu kenapa mereka
di sebut sebagai penganut kristen awal. Kristen yang lebih murni.
Berbeda jauh dengan apa yang di kembangkan Paulus.
Buku
yang di tolak keras oleh mainstream gereja itu menjelaskan bahwa sekte
Nazarea merupakan salah satu faksi militan di Yerusalem yang kala itu
gigih menentang Roma. Yesus di inisiasi sebagai salah satu tokoh sentral
dalam sekte ini. Penyaliban Yesus yang di dalangi oleh pihak Romawi
menjadi bukti bahwa Yesus tidak sekedar tokoh spiritual, akan tetapi
juga merupakan aktor politik yang menentang hegemoni Roma atas tanah
suci.
Setelah pembunuhan Yesus, gerakan anti Roma tidak
langsung surut. Yakobus, saudara Yesus mengambil alih tongkat komando
dan terus melakukan pembangkangan. Kendatipun Yakobus juga berhasil di
bunuh, dan kelompok anti Roma berhasil di usir dari tanah suci, akan
tetapi pendukung pendukung sekte Nazarea masih terus eksis dan terus
mengembangkan tradisinya. Mereka yang terusir dari tanah kelahirannya
mengungsi ke Syria, Irak, Persia hingga ke Arab. Di Syiria misalnya,
kita mengenal adanya sekte Kristen Ortodoks yang dalam beberapa tradisi
mirip dengan Islam.
Dalam buku sirah Muhammad, sewaktu
kecil nabi Muhammad pernah di ajak oleh pamannya berdagang ke Syam
(Syria). Di sana beliau bertemu dengan pendeta Buhaira (Pendeta Nasrani
yang mentaati tradisi Yahudi) dan di ramalkan akan menjadi orang besar
kelak. Di kesempatan kedua, manakala Muhammad pergi ke Syam membawa
dagangan milik Khadijah ia lagi lagi bertemu dengan pendeta Buhaira.
Pendeta itu lagi lagi meramal bahwa Muhammad akan menjadi nabi.
The
Mesianic Legacy mengatakan bahwa anggota anggota sekte Nazarea yang di
buru oleh pemerintah Roma terdesak dan banyak banyak di wilayah wilayah
timur. Ayah Muhammad menurut sebagian sumber di duga sebagai salah satu
anggota Nazarea. Dalam buku Muhammad Sang Pembebas karya Abdurrahman Asy
Syarqawi di ceritakan bahwa Muhammad begitu akrab dengan tokoh tokoh
agama Hanif (agama Ibrahim). Di antaranya adalah Waraqah bin Naufal.
Waraqah tidak sekedar kawan, akan tetapi salah satu inspirator Muhammad.
Waraqah bin Naufal juga yang menjadi penghulu bagi perkawinan Muhammad
dan Khadijah.
Umat Islam dalam berbagai kesempatan
menyebut Kristen sebagai Nasrani. Kiranya Nashrani dan Nazarea adalah
sesuatu yang sama. Dalam Al kitab ada kata Yesus dari Nazareth. Kata
Nazareth ini menurut sejarawan bukanlah merujuk pada nama tempat, akan
tetapi lebih tepatnya merujuk pada kata Yesus berasal dari klan Nazarea
atau Nashrani.
Jika Abdullah ayah Muhammad di sebut sebut
sebagai salah satu anggota sekte Nazarea, seperti yang di tulis The
Mesianic Legacy, maka bukankah Muhammad sejatinya memiliki garis yang
terhubung dengan Yesus ?. Yesus adalah bagian dari bangsa Israel, bangsa
Yahudi. Bangsa yang di turunkan Ibrahim melalui Ishaq.
Maka
tidak heran jika secara tradisi, Islam lebih dekat pada Yahudi.
Misalnya dalam tradisi khitan, qurban dan sebagainya. Bahkan sebelum
berkiblat ke Masjidil Haram, kiblat pertama umat Islam adalah Masjidil
Aqsha. Islam juga lebih dekat dengan sekte Kekristenan yang lebih awal
semisal Kristen Ortodoks Timur maupun Nestorian perihal pengingkaran
terhadap keilahian Yesus.
Oleh sebab itu, pernyataan bahwa Islam tidak terkait langsung dengan tradisi Ibrahim bisa di bantah.
Lantas,
bukankah tidak semua muslim adalah keturunan Ibrahim ?. Jadi kalaupun
khitan itu wajib, seharusnya hanya berlaku kepada muslim keturunan
Ibrahim ?.
Bisa jadi sebagian pemeluk Islam bukan
keturunan Ibrahim. Akan tetapi ayat 13 Kitab Kejadian ini bukankah bisa
di tafsirkan secara terbuka ?
13. Orang yang lahir di
rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka
dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
Kalimat
di atas jelas menunjukkan bahwa khitan tidak melulu kewajiban bagi
keturunan Ibrahim. Orang yang lahir di rumahmu. Kata rumah ini bisa
multi tafsir. Bisa rumah dalam arti sebenarnya, bisa berarti komunitas,
bisa berarti apa saja. Kalaupun toh di tafsirkan secara sempit, tetap
saja kalimat itu mengandung arti bahwa ada peluang bagi mereka yang
bukan keturunan Ibrahim memiliki kewajiban khitan.
"Dan
siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan,
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayangan-Nya" (Annisaa : 125)
Penulis : Komandan Gubrak
Tidak ada komentar