PKS, Wanita dan Kekuasaan
Beberapa saat sebelum Pemilihan Raya ke 13 (Pru 13), publik
Malaysia di gemparkan dengan munculnya video berdurasi 25 detik yang
berisi adegan seronok seorang pria yang di duga sebagai salah satu
pimpinan parpol oposisi dengan seorang wanita. Kasus ini sempat menjadi
buah bibir warga Malaysia bukan karena semata muncul menjelang pemilu,
akan tetapi figur yang ada dalam video itu di duga merupakan salah satu
kader penting sebuah partai berhaluan Islam (PAS, Pan Islamic Malaysian
Party). Seperti yang banyak di ketahui publik, PAS adalah partai
berhaluan Islam yang cukup memiliki pengaruh kuat di Malaysia dan
merupakan salah satu tulang punggung oposisi Malaysia. Dan entah karena
pengaruh munculnya skandal sex yang di duga melibatkan petinggi PAS atau
tidak, nyatanya di ajang pemiluraya 13 silam partai pimpinan Datuk Seri
Hadi Awang ini harus kehilangan 2 kursi parlemen. Sebuah hasil yang
cukup kontras, mengingat dua partai oposisi lain, yaitu PKR dan DAP
justru mengalami peningkatan pesat.
Pada tahun 2000an
publik Amerika Serikat juga di hebohkan dengan sebuah skandal sex yang
melibatkan pucuk pimpinan negeri adidaya tersebut, Presiden Bill Clinton
dan Monica Lewinsky. Tak lama setelah muncul drama skandal itu, Partai
Demokrat akhirnya gagal merebut kembali kursi gedung putih setelah dua
periode sukses mereka genggam. Di Italia, kita juga menyaksikan
bagaimana Berlusconi harus mundur teratur dari kursi Perdana Menteri
akibat terlibat skandal seks dengan PSK di bawah umur. Michael Palmer,
Ketua Parlemen Singapura dan merupakan kader dari partai berkuasa
(Partai Aksi Rakyat) terpaksa harus mundur dari jabatannya karena
terlibat skandal seks dengan wanita bukan pasangan sahnya. Dan masih
banyak lagi cerita skandal seperti di atas yang akhirnya mengubah
segalanya.
Darin Mumtazah (Pict : putracenter.blogspot.com)
Baru baru ini publik Indonesia juga di suguhi
cerita menarik dari salah satu mantan petinggi partai yang juga terkait
dengan persolan wanita wanita di sekelilingnya. Walaupun sebenarnya
kisah kisah semacam ini bukan pertama kalinya menyangkut moralitas para
pemimpin kita, akan tetapi kisah paling mutakhir ini rupanya cukup
menyita perhatian khalayak.
Adalah Luthfi Hasan Ishaq,
Presiden Partai Keadilan Sejahtera. Namanya akhir akhir ini selalu
menghiasi pemberitaan di media. Baik media massa, media elektronik
hingga menjadi buah bibir di jejaring sosial. Kasus yang di awali
operasi tangkap tangan KPK dengan dugaan terlibat kasus korupsi impor
daging sapi ini kemudian berubah menjadi bola liar yang tidak saja
menghancurkan karir LHI, akan tetapi juga berpotensi menghancurkan
struktur PKS yang selama ini oleh banyak pihak di anggap sebagai partai
dengan sistem pengkaderan rapi.
Kasus yang menimpa pria
kelahiran Malang itu nyatanya tidak saja terkait dengan korupsi semata,
akan tetapi juga menyangkut keberadaan para wanita wanita di sekitar
LHI. Penulis sengaja tidak akan membahas sepak terjang orang dekat LHI,
Ahmad Fathanah. Walaupun peranan pria yang konon pernah satu almamater
dengan LHI ini di nilai cukup besar, namun penulis menganggap ia
hanyalah komandan lapangan berpangkat biasa dan di belakangnya masih ada
sederet nama yang secara wewenang dan kekuasaan jauh lebih besar dari
dirinya.
Pada bulan Maret 2011, salah satu pendiri PKS
Yusuf Supendi melansir tudingan bahwa di internal PKS setidaknya ada 3
elite yang telah melakukan poligami. Tifatul Sembiring, Mahfudz Shidiq
dan Luthfi Hasan Ishaq. Dalam laporan itu Yusuf Supendi mengatakan bahwa
poligami yang di lakukan oleh ketiga petinggi PKS itu di anggap
bertentangan dengan syariah. Luthfi Hasan Ishaq misalnya, di tuding
telah menikah lagi tanpa mendapat persetujuan terlebih dulu dari istri
pertamanya. Oleh sebab itu dewan syariah selaku pengawas dan penjaga
moral politisi PKS akhirnya memutuskan untuk tidak merestui poligami
LHI.
Informasi awal yang di sampaikan KH Yusuf Supendi ini
bagi penulis adalah petunjuk dasar bagaimana mengenali karakter sosok
yang kemudian di daulat sebagai Presiden PKS itu. Kata pepatah, awal
yang salah akan menghasilkan akhir yang salah pula. Nabi Muhammad
bilang, segala sesuatu itu di mulai dari niat. Maka dalam hal ini kami
menganggap apa yang di lakukan oleh LHI kala itu adalah cerminan niat
dan awal yang salah. Pria yang berpoligami dengan niat baik tidaklah
mungkin berani mengorbankan kepentingan yang lebih besar, yaitu keluarga
dari istri pertamanya. Kenekatan LHI yang menikah tanpa memperhatikan
persetujuan istri pertama dan tanpa memandang hasil sidang dewan syariah
partai adalah bukti bahwa pria ini memang hanya peduli dengan
kesenangan dirinya.
Kendati apa yang di lansir Yusuf
Supendi kala itu di anggap angin lalu, baik oleh LHI sendiri maupun
petinggi PKS lainnya, namun seiring perjalanan waktu sepak terjang LHI
dengan wanita wanita cantik perlahan terkuak. Nama Darin Mumtazah, siswa
kelas XII SMA yang sebentar lagi akan lulus sekolah muncul dalam daftar
saksi kasus korupsi daging impor. Perempuan belia dengan body seksi ini
konon merupakan salah satu wanita yang dekat dengan LHI. Ada yang
mengatakan Darin istri siri, ada yang mengatakan wanita simpanan, atau
justru hanya wanita yang sekedar di bayar untuk di tiduri. Beberapa
saksi yang tinggal di sekitar kediaman DM mengatakan bahwa LHI sering
berkunjung ke rumah DM. Mereka juga mengatakan bahwa LHI oleh orang tua
DM di kenalkan sebagai suami dari DM.
Bagi kader kader PKS
yang secara struktur tidak melarang poligami mungkin saja adalah
sesuatu yang biasa dan tidak perlu di besar besarkan. Akan tetapi
masyarakat luas sudah pasti memiliki persepsi lain. Apalagi sebelumnya
masyarakat juga di suguhi tingkah polah orang kepercayaan LHI, Ahmad
Fathanah yang doyan perempuan. Dalam pikiran masyarakat, LHI pun
kemungkinan juga memiliki kebiasaan buruk yang sama.
Seorang
kawan bijak mengatakan, "lelaki itu makin berkuasa cenderung makin
nakal, sementara wanita makin nakal makin berkuasa". Memang tidak
sepenuhnya benar. Akan tetapi juga tidak sepenuhnya salah. Banyak contoh
yang mengisyaratkan demikian. Di gedung DPR misalnya, konon petugas
kebersihan seringkali menemukan adanya kondom yang berasal dari tempat
sampah di ruangan para legislator. Begitu juga ketika ada pejabat yang
berkunjung ke daerah maupun plesir ke luar negeri, aroma mesum
seringkali muncul mengiringi tingkah laku mereka. Itu belum termasuk
kasus lain yang menyangkut moralitas para pemimpin semisal penggunaaan
narkoba, judi dan lain sebagainya.
Sebaliknya, wanita
semakin nakal semakin berkuasa. Di balik kemolekan tubuhnya, Monica
Lewinsky sukses menghancurkan karir Bill Clinton dan juga mengakhiri
dominasi Partainya di gedung putih. Di balik suara merdu penjaja cinta,
perdana menteri Italia sekaligus presiden AC Milan tersungkur dari
kursinya. Dan banyak lagi. Wanita terbukti tidak sekedar makhluk lemah
yang mudah di tindas, tapi ada kalanya wanita tak ubahnya seperti Tuhan.
Dia bisa menentukan kapan kekuasaan pria harus terus di pertahankan,
dan kapan harus di akhiri.
ARJUNA, PLAYBOY SUKSES
Berbeda
dengan nasib banyak politisi yang akhirnya hancur berkeping keping
karena di dera masalah perempuan, tokoh pewayangan yang satu ini di
anggap sebagi playboy yang sukses. Kisah hidup tokoh Pandawa ini dari
awal hingga akhir nyatanya tidak pernah sepi dari isu perempuan
perempuan di sekitarnya. Bahkan kalau di bandingkan dengan LHI,
kenakalan Arjuna masih jauh di atas. Siapa saja wanita yang pernah dekat
dengan LHI masih bisa di telusuri, tetapi Arjuna ?. Bahkan dalangpun
tidak ada kata sepakat berapa jumlah wanita yang pernah dekat dengan
titisan Wisnu itu. Karena saking banyaknya.
Lalu kenapa nasib Arjuna lebih mujur dari LHI ?
Pertama,
soal kejujuran. Dalam dunia wayang, Arjuna di anggap sebagai sosok
ksatria yang jujur. Baik dalam hal keperwiraan maupun dalam kehidupan
sosial. Oleh sebab itu ia di juluki Whibatsu, yang artinya petarung yang
jujur. Bukti kejujuran Arjuna yang lain juga bisa kita tengok dari nama
nama panggilan yang di sematkan oleh orang lain kepada Arjuna dan itu
di terima sang pemanah terbaik dunia wayang ini tanpa banyak protes atau
tersinggung. Dia tidak marah ketika orang menyebutnya sebagai Janaka.
Yang artinya pria yang memiliki banyak istri. Ini berbeda dengan
politisi kita yang sudah jelas ketahuan memiliki banyak istri tapi masih
saja membantah kalau ia berpoligami. Arjuna juga seringkali di ledek
dengan sebutan Danasmara, yang artinya perayu ulung. Tapi tidak pernah
Arjuna protes dengan sebutan itu. Karena memang itu fakta sebenarnya.
Ini berbeda dengan politisi kita yang di depan orang banyak bicara
moral, di belakang dia jatuh terjerembab dalam pelukan wanita. Sifat
jujur ini yang tidak di miliki LHI. Jangankan kepada masyarakat luas,
kepada istrinya dan keluarganya saja tidak jujur.
Kedua,
kemampuan spiritual. Dalam hal ini boleh jadi Arjuna bukan tandingan
LHI. Walaupun Arjuna di kenal sebagai figur penggila wanita, akan tetapi
ia memiliki pengalaman spiritual yang jauh lebih kuat. Arjuna oleh
banyak dalang di sebut sebagai tokoh yang hoby bertapa. Senang
bermeditasi dari satu tempat ke tempat lain. Dari hutan satu ke hutan
yang lain, dari gunung satu ke gunung yang lain demi melatih mental
spiritualnya. Ia sanggup bertahun tahun jauh dari keramaian dan
publistas. Ia sanggup bertahun tahun menjadi manusia buangan yang
terusir dari negerinya. Ia sanggup tidak makan berhari hari bahkan konon
bertahun tahun. Ini berbeda dengan para politisi kita yang
penggemblengan spiritualnya sebagian besar hanya berkisar masalah teori,
jargon keagamaan dan lain sebagainya. Tanpa di iringi lelaku prihatin.
Bayangkan saja, seorang tokoh menyerukan kepada pengikutnya untuk
bertaubat, tapi di sisi lain ia sendiri hidup dengan fasilitas mewah dan
kehidupan yang serba hedonis. Ibarat bertarung, belum menang saja sudah
foya foya.
Ketiga, kemandirian. Kendati Arjuna memiliki
banyak istri dan simpanan, tapi ia adalah pribadi yang mandiri. Ia bukan
pria yang mudah di kendalikan oleh wanita. Pikirannya tetap fokus pada
tujuan awal. Yaitu memenangkan pertarungannya dengan Kurawa. Dan itu di
genggamnya erat erat. Bagi Arjuna, wanita hanyalah alat, dan bukan
tujuan. Oleh sebab itu tidak heran ketika pecah Baratayuda, istri istri
dan anak anak Arjuna berdiri tegak di bekalang Arjuna. Srikandhi di
daulat sebagai panglima perang, Larasati bertugas sebagai kepala
keamanan Madukara, Wara Sembadra mengurusi logistik. Bahkan Banowati
(istri Suyudana) yang merupakan selingkuhan Arjunapun ikut ambil bagian
dalam memasok informasi demi kepentingan kubu Pandawa. Apakah hal ini
juga terjadi pada para politisi kita ?
Saran
penulis untuk PKS, sebaiknya elite elite PKS belajar dari tokoh
pewayangan seperti Arjuna. Jangan hanya menggelar wayang kulit semalam
suntuk saja tanpa mau belajar bagaimana seorang tokoh menjalani
kehidupannya. Kalau memang ada yang suka berpoligami, jujur saja. Kalau
memang kasus itu melibatkan banyak elite partai, sebaiknya secara jujur
di akui saja. Untuk jangka pendek memang menyakitkan, akan tetapi untuk
jangka panjang itu bermanfaat besar dalam mencapai cita cita.
Selain
itu, elite elite PKS dan juga elite politik lainnya, teruslah melatih
kemampuan spiritual. Banyak prihatin. Berlakulah sederhana, merakyat dan
apa adanya. Hindari hal hal berbau kemewahan yang itu membuat rakyat
merasa di dholimi. Ketika banyak rakyat susah payah mencari sesuap dua
suap nasi, politisi kita justru seenaknya menghamburkan uang negara.
Kebiasaan ini tidak akan mencetak kader bangsa yang handal. Sampai
kapanpun.
Terakhir, para calon pemimpin mesti bisa
mandiri. Kalau memang partai dananya sedikit, jalankan saja sebatas
kemampuannya. Jangan berlebihan, apalagi sampai mengorbankan uang
rakyat. Terkadang pertarungan memang butuh waktu yang panjang, lama dan
berdarah darah. Tapi kemandirian dari sebuah institusilah yang di akhir
cerita menjadi kunci dari sebuah kemenangan.
Quote
: Ketika ternyata dalam sebuah permainan, Pandawa mengalami kekalahan,
mereka dengan serta merta mengakui itu dan meningalkan negaranya
kemudian hidup bertapa di hutan belantara untuk kembali memupuk semangat
dan kemampuan daya juangnya. Maka, tidak ada salahnya kalau kader kader
PKS sepakat meninggalkan partainya atau kalau perlu bubarkan saja, lalu
kembali ke habitat awal sebagai gerakan dakwah sembari mempersiapkan
diri untuk kompetisi jangka panjang.
Oleh : Komandan Gubrak
Tidak ada komentar