JERAT ASMARA ISIS
Beberapa saat lalu, seorang kawan yang tak mau disebut namanya
menginformasikan kepada saya tentang adanya beberapa wanita buruh migran
yang berniat untuk berangkat ke Suriah demi bergabung dengan ISIS. Isu
ini memang belum bisa divalidasi kebenarannya. Apakah hanya sebatas isu
hoax ataukah memang benar adanya. Akan tetapi menurut penulis, hal
semacam itu bisa saja terjadi. Jangankan mereka yang di perantauan,
dimana kontrol keluarga dan kontrol sosial sangat longgar, di dalam
negeripun tidak sedikit kaum hawa yang bersimpati bahkan ada pula yang
sudah bergabung dengan ISIS. Kasus hilangnya 16 WNI di Turki (beberapa
diantaranya adalah wanita) yang diduga bergabung dengan ISIS adalah
salahsatu fakta betapa organisasi teroris itu tidak lagi mengenal gender
dalam upaya merekrut anggota. Tidak hanya itu, bahkan ISIS konon mulai
menggaet juga anak anak dibawah umur.
Kisah bergabungnya
para wanita ke pangkuan ISIS ternyata bukan hanya menjadi isu bagi warga
negara Indonesia. Fenomena ini nyatanya juga melanda negara-negara
lain. Rentang usianya tidak melulu mereka yang berusia dewasa, tapi juga
gadis-gadis remaja usia belasan tahun. Mulai dari yang latarbelakang
pendidikannya rendah, hingga yang mengenyam pendidikan tinggi. Dari yang
berasal dari keluarga miskin papa hingga keluarga kaya-raya. Bahkan,
tidak lagi hanya berasal dari keluarga Muslim yang lekat dengan
pemikiran fundamentalis, tapi juga banyak yang awalnya hidup dari
keluarga Muslim moderat.
Aqsa Mahmoud (pict : aceh.tribunnews.com) |
Aqsa Mahmoud, wanita asal
Skotlandia berusia 20 tahun, berasal dari keluarga kaya raya, memilih
keluar dari sekolahnya dan kabur dari rumah untuk bergabung dengan ISIS.
Kawan-kawan sekolah Aqsa, seperti yang dilansir aceh.tribunnews.com
mengatakan bahwa sebelum bergabung ISIS, Aqsa adalah pribadi yang
moderat. Suka berdandan, belanja, dan bergosip dengan teman-teman
sekolahnya. Tapi setelah bergabung dengan ISIS, Aqsa melalui akun
jejaring sosialnya kini justru menyerukan hal-hal yang berbau radikal.
Ia gencar mengajak teman sesama wanita untuk meninggalkan negara asalnya
dan bergabung dengan ISIS.
Kisah serupa juga menimpa
Sally Jones, musisi aliran punk asal Inggris yang menikah dengan seorang
Hacker bernama Junaid Husein ini memilih bergabung dengan ISIS dan
mengubah namanya menjadi Sakinah Husaein. Sama seperti Aqsa Mahmoud,
melalui akun jejaring sosial, ia turut serta mengkampanyekan ide-ide
ISIS. Bahkan, ia yang dulunya gemar bermain musik sempat juga membuat
pernyataan bahwa musik itu haram. (hobiradio.com)
Agustus
2014, pemerintah Malaysia melakukan penyelidikan terhadap kabar yang
menyebutkan adanya tiga wanita Malaysia berusia 30 hingga 40 tahun yang
bergabung dengan ISIS dengan motivasi jihad seks. Pada waktu yang hampir
bersamaan, tak kurang dari 40 wanita asal Australia berangkat ke Suriah
dan Irak dengan maksud dan tujuan yang sama.
Maret 2015,
tiga remaja asal Inggris yang ditangkap aparat keamanan Turki karena
dicurigai hendak bergabung dengan ISIS. Mereka adalah Khadiza Sultana
(16 tahun), Shamima Begum dan Amira Abase (15 tahun). Sebelum berangkat,
mereka mencuri perhiasan milik orangtuanya untuk membiayai perjalanan
menuju lokasi tujuan. Dari penyelidikan aparat keamanan Turki, ketiganya
mendapat bantuan dari oknum intelejen agar bisa memasuki wilayah
konflik Suriah.
Yang paling mengenaskan adalah kisah dua
remaja asal Austria bernama Samra Kesinovic (17 tahun) dan Sabina
Selimovic (15 tahun). Sebelum kabur dari Wina menuju kota Raqqa (basis
ISIS di Suriah), keduanya diduga seringkali mengunjungi sebuah masjid di
kota Wina dan bergaul dengan para pemuda keturunan Chechnya. Di markas
ISIS, kedua remaja ini di iming-imingi posisi sebagai Humas ISIS. Mereka
diminta membuat video propaganda yang intinya mengajak sesama muslimah
lainnya untuk bergabung dengan ISIS. Namun tragisnya, pekerjaan itu
hanya mereka lakoni beberapa kali saja. Selanjutnya, kedua remaja ini
dijadikan budak seks oleh anggota-anggota ISIS hingga hamil. Akun
jejaring sosial milik mereka diambil alih oleh pihak ISIS untuk dipakai
sebagai alat kampanye.
Dan masih banyak lagi kisah para
wanita yang jatuh ke dalam bujuk rayu ISIS. The International Strategic
Dialoge (organisasi yang konsen terhadap isu perempuan dan radikalisme)
menyatakan, setidaknya ada 550 wanita dari berbagai negara yang tercatat
sudah bergabung bersama ISIS. Meski beberapa diantaranya ditugaskan di
garda depan sebagai petempur, akan tetapi sebagian besar hanya dijadikan
budak seks dan alat propaganda ISIS.
ISIS Gunakan Cinta Untuk Merayu Wanita
Salahsatu
cara ISIS merekrut wanita adalah dengan melakukan pendekatan personal.
Mereka membuat akun-akun jejaring sosial dengan memakai foto-foto pria
tampan dan bertingkah romantis. Tujuannya agar korban terbuai, lalu
menuruti segala keinginannya. Target-target utama ISIS biasanya adalah
para wanita yang patah hati, memiliki banyak masalah dalam keluarga,
penyendiri namun aktif sekali di jejaring sosial.
Modus
'cinta' seperti ini memang cukup ampuh. Bayangkan, ketika anda sedang
patah hati atau terbelit masalah, tiba-tiba datang pria berwajah tampan,
bertutur sopan dan menunjukkan perilaku saleh. Mereka tidak akan serta
menunjukkan jatidirinya sebagai anggota ISIS. Mereka akan dengan sangat
sabar menunggu anda masuk jebakannya, seperti seekor buaya yang berhari
hari membuka mulut menunggu mangsa. Mereka hanya akan berbicara mengenai
misinya ketika sudah yakin bahwa anda bisa diajak kerjasama. ISIS
mempunyai tim khusus di jejaring sosial untuk melakukan operasi seperti
ini. Dan jangan pernah berfikir bahwa mereka benar-benar tulus dalam
mencintai. Sebab, apa yang mereka lakukan tidak lebih hanya melayani
keinginan para petinggi ISIS.
Lalu, bagaimana cara menghindari bujuk-rayu ISIS ?
Memiliki
modal pengetahuan agama yang luaspun sejatinya tidak cukup untuk
menghindarkan diri dari jeratan ISIS. Bahkan tak jarang, kita akan
menemukan para pendukung organisasi ini adalah sosok-sosok yang dalam
kehidupan sehari-hari dikenal taat beribadah dan berpengetahuan agama
yang cukup. Faktor lingkungan adalah hal paling utama apakah seseorang
mudah terjerat rayuan ISIS atau tidak. Sebagian besar aktifis
fundamentalis memiliki kaitan yang erat antara satu dengan lainnya.
Apakah itu terkait hubungan kekeluargaan, persahabatan maupun hubungan
intim personal lainnya.
Cara yang tepat adalah dengan
membangun sistem lingkungan yang kokoh. Jika anda seorang bapak yang
memiliki anak remaja, berikan pengawasan yang terukur. Bukan hanya
pengawasan dalam pergaulan nyata, tapi juga mesti mengawasi aktifitas
mereka di jejaring sosial. Mintalah seseorang, atau kalau perlu anak
anda sendiri untuk dibuatkan akun media sosial. Dengan begitu anda akan
memiliki kesempatan mengawasi mereka di jejaring sosial. Jangan biarkan
anak, saudara, suami, istri, handai taulan dan kawan anda terlepas dari
lingkungannya.
Begitu juga dengan anda yang aktif di dunia
nyata maupun maya. Pintar-pintarlah memilih kawan, memilih lingkungan
dan melakukan aktifitas. Kenali siapa-siapa teman dari kawan barumu.
Jika aktifitasmu di dunia maya, cermati dengan betul bagaimana sosok
kawan anda. Jangan terlalu mudah mengumbar masalah-masalah pribadi,
sebab itu akan menjadi pintu masuk bagi orang-orang yang ingin
menjerumuskanmu. Jika anda berada ditempat yang jauh dari keluarga dan
lingkungan, usahakan untuk tetap berhubungan secara rutin dengan
keluarga dan kawan tempat asalmu.
Jika anda memiliki
masalah ekonomi, berusahalah untuk tetap sabar dan berfikir jernih. ISIS
juga banyak menyasar kalangan ekonomi susah. Mereka datang dengan
iming-iming yang sangat menggoda. Mereka sudah menyiapkan segalanya
untuk menjerat anda. Pekerjaan dengan gaji puluhan hingga ratusan juta
sebulan (menurut informasi, ISIS mengimingi gaji 150 juta/bulan untuk
anggotanya), jaminan kesejahteraan keluarga, pendidikan, tempat tinggal
(di wilayah wilayahnya) dan tentu saja janji surga. Tapi lagi-lagi, itu
hanyalah bualan ISIS belaka. Ketika anda meng'iya'kan rayuannya, lalu
membulatkan tekad berangkat ke sana, anda tak akan menemukan apa-apa
yang telah mereka janjikan. Masih untung jika anda masih hidup.
Bagaimana jika sesampainya di Suriah atau Irak, anda langsung
mendapatkan tugas misi bom bunuh diri ?.
Berpikirlah
dengan matang. Ketika anda memutuskan untuk bergabung, anda akan
mendapatkan dua hal. Hidup susah dalam suasana perang atau pulang dan
ditangkap oleh aparat keamanan negara asal anda.
Diramu dari berbagai sumber
Penulis : Komandan Gubrak
Tidak ada komentar