MENGENAL ISLAM PERIODE AWAL
Judul : Muhammad And The Believers: At The Origins Of Islam
Penulis: Fred M Donner
Penerbit: First Harvard University Press 2012, Amerika Serikat
Tebal : ix+280 halaman
Penulis: Fred M Donner
Penerbit: First Harvard University Press 2012, Amerika Serikat
Tebal : ix+280 halaman
IslamLib –
Berbeda dari kaum revisionis radikal seperti Patricia Crone atau
Michael Cook yang menolak semua sumber-sumber tradisional Islam dan dari
kaum tradisional yang menerima semua sumber-sumber tradisional Islam,
Fred Donner dalam membangun argumentasi Islam pada masa awal melakukan
seleksi terhadap sumber-sumber tradisional Islam seperti sirah nabawiyah.[1]
Penulis Narratives of Islamic Origins: The Beginnings of Islamic Historical Writing (Darwin Press; 1998) ini mengakui bahwa, sekalipun dalam banyak hal masuk akal, sumber-sumber tradisional Islam seperti sirah nabawiyah
tidak dapat sepenuhnya diandalkan karena sumber-sumber tersebut
dikompilasi beberapa tahun bahkan beberapa abad setelah periode
kehidupan Nabi Muhammad.
Dapat pula diduga beberapa
peristiwa pada sumber-sumber tersebut tidak dapat dipercaya dalam
menggambarkan peristiwa yang sebenarnya terjadi namun cenderung lebih
mendeskripsikan legenda yang dibuat generasi Muslim belakangan untuk
memastikan status Muhammad sebagai nabi, membantu membangun preseden
bagi ritual, kehidupan sosial atau praktik hukum komunitas Muslim
belakangan.
Alasan-alasan tersebut telah menyebabkan
beberapa sarjana terutama dari kalangan revisionis radikal menolak
seluruh sumber-sumber tradisional tersebut. Bagaimanapun, menurut
Donner, pendirian ini terlalu jauh dan sama tidak kritisnya seperti
penerimaan kaum tradisionalis terhadap sumber-sumber tradisional.
Dalam
buku ini Donner menjadikan Al Quran sebagai sumber utama argumentasi
serta tampak mempertimbangkan kisah-kisah yang cukup akurat dan masuk
akal dari peristiwa-peristiwa dalam hidup Nabi namun mengesampingkan
kisah-kisah yang bias keajaiban, idealisasi yang tidak wajar dan
pembenaran yang bersifat relijius.
Pada bab pertama,
profesor kajian Timur Dekat di Universitas Chicago ini memaparkan
tentang kondisi timur dekat pada masa menjelang munculnya Islam yang
mengekplorasi imperium-imperium dari akhir zaman kuno, Arab di antara
poros-poros besar kekuasaan serta deskripsi situasi Mekkah dan Madinah
Bab
kedua buku ini berjudul Muhammad dan gerakan Kaum Beriman yang membahas
biografi Nabi Muhammad dalam tradisi Islam, permasalahan terkait sumber
dan karakteristik Gerakan Kaum Beriman Awal.
Ekspansi Komunitas Kaum Beriman menjadi tema di bab ketiga dimana penulis The History of al-Tabari (Vol. 10): The Conquest of Arabia
(State University of New York Press; 1993) (terjemahan) ini membahas
sumber-sumber sejarah, keadaan komunitas Kaum Beriman pada akhir hidup
Nabi Muhammad, suksesi Nabi Muhammad dan Perang Ridda, ciri-ciri
ekspansi awal Kaum Beriman, tujuan dan cakupan ekspansi awal,
konsolidasi dan lembaga-lembaga era ekspansi awal
Bab
keempat membahas mengenai pergulatan kepemimpinan umat yang selanjutnya
menguraikan latar belakang perang saudara pertama, jalannya perang
saudara pertama, masa di antara perang saudara, perang saudara kedua dan
renungan tentang Perang Saudara
Kemunculan Islam
menjadi topik utama bab terakhir dimana pada bagian ini Donner
menjelaskan restorasi dinasti Umayyad dan kembalinya agenda imperial,
redefinisi istilah-istilah kunci, penekanan pada Muhammad dan Al Quran,
masalah trinitas, penjelasan praktik ibadat islam, penjelasan kisah
islam awal, peleburan identitas politik Arab, kontradiksi perubahan
resmi dan perubahan popular.
Penulis The Early Islamic Conquests (Princeton University Press; 1981)
ini berpendapat bahwa Islam berawal dari gerakan relijus bersifat
ekuminis yang menekankan pada usaha mendapat keselamatan pribadi melalui
perilaku yang benar bukan sebagai gerakan sosial, ekonomi, atau bahkan
gerakan “nasionalis”.
Perhatian gerakan Kaum Beriman
terhadap isu-isu sosial hanyalah sejauh mengenai hal-hal yang terkait
dengan konsep kesalehan dan perbuatan baik yang dibutuhkan guna
memastikan keselamatan tersebut dimana Islam sebagai agama yang terpisah
baru ditegaskan pada masa belakangan
Menurut Donner,
Kaum Beriman awal mempunyai kepercayaan dasar berupa keesaan Tuhan,
percaya kepada hari akhir, percaya kepada konsep pewahyuan dan konsep
kenabian dan percaya pada adanya malaikat, menjalankan shalat, puasa,
bersedekah, melakukan perbuatan baik kepada sesama.
Sebuah
ide dan praktik yang umum dan wajar di Timur Dekat abad ketujuh. Sejauh
mereka meyakini kepercayaan dasar dan melaksanakan praktik-praktik
tersebut, Yahudi dan Kristen dapat digolongkan sebagai bagian komunitas
Kaum Beriman.
Kaum Beriman mempersepsikan diri mereka
sebagai komunitas yang lebih taat pada monoteisme, berkomitmen pada
perbuatan baik, yang terpisah dari lingkungan masyarakat sekitarnya baik
itu kaum polities ataupun kaum monoteis yang kurang taat dan berdosa.
Namun
di sisi lain tidak ada alasan menyatakan Komunitas Orang Beriman
sebagai agama terpisah, sebagaimana yang dinyatakan Al Quran Surat 46:9,
“Katakanlah: “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul
dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak
(pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang
memberi penjelasan”.
Hal ini
diperkuat dengan dalil bahwa di dalam Al Quran kata “mukminin” disebut
lebih dari 1000 kali dibandingkan kata “muslimun” yang hanya disebut 75
kali dalam Al Quran.
Dasar argumentasi Donner lainnya
adalah Piagam Madinah. Piagam Madinah memasukkan kaum Yahudi (dan
Kristen) ke dalam komunitas orang-orang beriman, dokumen itu menyebutkan
“orang-orang Yahudi dari Banu Awf adalah satu umat (ummatan wahidah) dengan kaum mukmin.
Terkait
deskripsi hubungan Muhammad dengan tiga suku Yahudi, Bani Qainuqa’,
Nadlir dan Quraidhah, yang bersifat antagonis, penuh konflik hingga
mereka diusir dan eksistensi mereka tidak disebut dalam Piagam Madinah,
Donner mengajukan beberapa pertanyaan kritis yaitu, apakah dokumen itu
ditulis setelah diusirnya ketiga suku tersebut, sehingga penyebutannya
menjadi tidak relevan?
Apakah penyebutan suku-suku
tersebut tidak ditulis dalam dokumen itu karena mereka sudah tidak ada
di Madinah? Ataukah isu konflik antara Nabi dan ketiga suku Yahudi
tersebut dibesarkan-besarkan penulis sejarah belakangan?
Setelah
Nabi meninggal, karakter komunitas Kaum Beriman ini pun masih
berlanjut. Hal ini dapat dilihat dari gelar Amirul Mukminin (pemimpin
orang-orang beriman) bukan Amirul Muslimin (pemimpin orang-orang Islam)
bagi para penerus kepemimpinan politik Nabi. Adapun istilah khalifah
yang sering disematkan pada pemimpin politik setelah Nabi ternyata tidak
didukung oleh adanya penyebutan kata khalifah tersebut dalam
bukti-bukti sejarah sebelum abad ketujuh.
Selanjutnya
pada masa ekspansi awal Kaum Beriman terdapat bukti sejarah lain yang
memperkuat argumentasi Donner diantaranya adalah koin, catatan awal,
inskripsi yang ditemukan dengan tahun 685 M hanya menyebutkan bagian
pertama syahadat (tiada Tuhan selain Allah) dan tidak mencantumkan
“Muhammad adalah utusan Allah”.
Sebuah dokumen tertulis
Suryani Timur di Mesopotamia Utara tahun 687 atau 688 M mencatat bahwa
Kaum Beriman mengizinkan orang-orang untuk tetap pada keyakinan apapun
yang mereka mau. Dalam dokumen tersebut juga dicatat bahwa di antara
orang-orang beriman yang terlibat dalam pertempuran terdapat pula
orang-orang Kristen.
Surat Patriark Nestorian Isho’yaab
III di Iraq kepada salah satu uskupnya pada tahun 647 atau 648 M juga
menunjukkan bahwa penguasa baru selain tidak memerangi orang Kristen
mereka juga memuji agama Kristen, menghormati pendeta, biara- biara dan
orang orang suci Tuhan kita serta memberi hadiah kepada biara-biara dan
gereja-gereja.
Ekspansi Kaum Beriman terhenti sementara
saat Fitnah Pertama dan Fitnah Kedua melanda. Setelah konflik internal
Kaum Beriman selesai, Khalifah Abdul Malik Ibn Marwan mulai dapat
mengkonsolidasikan kekuasaannya dan meneruskan ekspansi wilayah secara
lebih fokus.
Pada masa Abdul Malik Ibn Marwan inilah
terjadi proses pergeseran identitas Kaum Beriman. Tanda-tanda pergeseran
identitas itu dapat dilihat setidaknya dari pendefenisian ulang istilah
kunci dari Kaum Beriman menjadi Kaum Muslim, pergeseran gelar Amirul
Mukminin menjadi Khalifah yang digunakan oleh Abdul Malik Ibn Marwan
Kaum
Beriman generasi awal menggunakan istilah muhajirin dan mukminin untuk
menyebut diri mereka, istilah muhajirin ditujukan bagi Kaum Beriman yang
aktif secara militer dan punya motivasi relijius untuk beremigrasi dari
Arabia . Seiring berjalannya waktu, dengan alasan yang belum jelas,
istilah muhajirin tidak digunakan lagi.
Penyebab yang dapat diduga
adalah karena wilayah yang dikuasai Kaum Beriman semakin luas,
setidaknya telah meliputi Arabia, Syiria, Irak, Mesir, sehingga istilah
hijrah yang bermakna perpindahan dari masyarakat kafir kepada masyarakat
Kaum Beriman tidak lagi relevan.
Satu-satunya istilah
yang tersisa dalam Al Quran adalah “muslim”, sebenarnya istilah “muslim’
dapat pula disematkan kepada orang-orang Yahudi dan Kristen namun
karena istilah “Yahudi” dan “Kristen” telah mejadi istilah tersendiri
untuk orang-orang tersebut, maka tinggal istilah “muslim” yang masih
relevan disematkan kepada Kaum Beriman di luar Yahudi dan Kristen.
Sekalipun
terdapat pendapat yang menyatakan bahwa gelar “Khalifah” telah
digunakan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali namun sebatas dokumen sejarah
yang ditemukan dengan tahun sebelum zaman Abdul Malik Ibn Marwan, gelar
yang digunakan keempat pemimpin Kaum Beriman tersebut adalah “Amirul
Mukminin” bukan “Khalifah”. Gelar “Khalifah” baru ditemukan dalam
dokumen-dokumen sejarah pada masa Abdul Malik Ibn Marwan.
Donner
berpendapat bahwa gelar “Khalifah” digunakan Abdul Malik Ibn Marwan
untuk mempertegas otoritas kekuasaan dinasti Umayyah sebagai penerus
Nabi di kalangan Kaum Beriman terutama setelah Perang Saudara Kedua yang
menggerus legitimasi dinasti Umayyah. Gelar Khalifah sendiri
diperkirakan terinspirasi dari QS 38:26, guna menegaskan status Abdul
Malik Ibn Marwan sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang dipandu oleh Al
Quran.
Contoh lain proses pergeseran identitas Kaum
Beriman menurut Donner diantaranya adalah perintah Abdul Malik Ibn
Marwan kepada gubernur Irak Hajjaj Ibn Yusuf untuk mempersiapkan teks Al
Quran standar lengkap dengan diakritik dan tanda baca dan pencantuman
“Muhammad Rasulallah” pada bukti-bukti sejarah yang hanya baru ditemukan
pada dokumen-dokumen tertahun 685 M/686M.
Teori Donner
ini dapat dijadikan pondasi konstruksi hubungan yang bersifat inklusif
antar umat beragama, khususnya antara umat Islam, Kristen dan Yahudi.
Dengan menggunakan teori Donner maka semangat untuk mengamalkan ajaran
Islam seperti generasi awal dapat diartikan sebagai semangat untuk
melaksanakan ajaran Islam yang bersifat ekuminis, inklusif, fokus pada
perbuatan baik dan tidak mengeksploitasi perbedaan guna memicu konflik
antara umat Islam, Yahudi dan Kristen .
Kelemahan dari
teori Donner ini sebenarnya telah diakui penulisnya sendiri. Di halaman
204, Donner mengakui bahwa berdasarkan pengetahuan yang kita dapat
sekarang ini, kita hanya dapat berspekulasi mengapa pergeseran identitas
Kaum Beriman terjadi.
Mungkin batas yang mengeras,
yang berakibat pada pemisahan secara jelas, antara kaum muslim dengan
kaum Yahudi dan Kristen adalah reaksi keras kaum Muslim melawan beberapa
aspek spesifik seperti keteguhan orang-orang Kristen untuk memeluk
doktrin trinitas dan keengganan orang-orang Yahudi untuk mengakui
kenabian Muhammad tapi sekali lagi itu hanya spekulasi yang belum dapat
dikonfirmasi kepastiannya oleh bukti-bukti sejarah lain.
Secara
keseluruhan, bagi para pembaca yang akrab dengan narasi tradisional
tentang periode formatif Islam, buku Donner ini dapat mengajak pembaca
berpikir kritis tentang persepsi bahwa Islam sebagai agama terpisah
telah terbentuk sejak awal dan memberikan perspektif baru tentang
periode awal Islam. Sehingga bagi para pembaca, buku ini akan sangat
menarik untuk dibaca dan didiskusikan.
[1] Tipologi revisionis radikal, revisionis moderat dan tradisional meminjam tipologi yang dikemukakan Mun’im Sirry dalam Kontroversi Islam Awal (PT Mizan Pustaka, Jakarta, 2015).
Tidak ada komentar