Anas dan SBY Menjebak KPK dan Pakta Integritas Tanpa Integritas
“Papi, jelaskan konspirasi Anas dan SBY
terhadap KPK dan Pakta Integritas setia pada SBY. Mohon pencerahannya,
Papi!” pinta Monahara remaja usia 17 tahun 5 bulan, cantik, seksi,
bertakwa, iman, berjilbab, pandai berbahasa Arab, Prancis, Jerman dan
Inggris kepada ayahnya Sabung tukang sabung ayam Bangkok tetangga saya.
Pakta Integritas tidak mengubah apapun
dalam Partai Demokrat. Pakta Integritas hanyalah sandiwara politik
pencitraan ala SBY di tengah integritas PD yang babak-belur, rating dan
hasil survey menunjukkan PD sebagai partai gurem. SBY dan pengurus PD
beserta petingginya melakukan pencitraan seolah-olah PD sedang mengalami
krisis. Padahal ini hanya pencitraan politik biasa. Justru Pakta
Integritas ini adalah jebakan Anas dan SBY terhadap KPK, sebuah Pakta
Integritas tanpa integritas.
“Loh apa hubungannya?” tanya Monahara si jelita sambil membetulkan jilbabnya lagi.
Mengherankan, berbondong-bondong para
orang cerdas cerdik pandai yang tergabung dalam gerbong politik Partai
Demokrat menandatangani Pakta Integritas untuk bersetia kepada Susilo
Bambang Yudhoyono. Sepuluh butir isi Pakta Integritas itu pada intinya
untuk memberikan jaminan bahwa para pengurus dan kader setia kepada
partai. Para pengurus bersedia berlaku baik demi nama baik partai dan
seterusnya. Namun senyatanya tak ada apa-apa antara Anas dengan SBY,
yang ada adalah upaya penyelamatan baik untuk Anas dan buat SBY. Anas
dan SBY tidak boleh pecah kongsi karena keduanya saling membutuhkan.
Keduanya saling memegang kunci keselamatan.
“Papi, apakah maksud sesungguhnya dari
Pakta Integritas Partai Demokrat ini? Apakah Pakta Integritas ini akan
efektif untuk Partai Demokrat? Ataukah Pakta Integritas ini hanya
pepesan kosong dalam ranah politik pencitraan gaya SBY?” tanya Monahara
sambil melepaskan jilbab di depan ayahnya, aku ngintip lewat jendela
rumah Sabung yang lebar.
Pertama, Pakta Integritas hanyalah upaya
memerkuat posisi SBY dalam pertarungan perebutan peran politik
menjelang 2014. SBY merasa Anas Urbaningrum semakin kuat. SBY harus
bertindak karena dia tahu Anas memiliki kekuatan yang bisa mengubah
tujuan SBY yang akan mendudukkan anggota keluarganya Ani Yudhoyono atau
Pramono Edhie Wibowo sebagai calon presiden.
Kedua, SBY menyalip di tikungan dan
memanfaatkan tuduhan terhadap Anas terkait kasus Hambalang dan korupsi
lainnya yang hanya berdasarkan tudingan dan nyanyian M. Nazaruddin.
Secara hukum Anas masih bersih dan tak tersangkut masalah hukum.
Ketiga, SBY gerah dengan kondisi Partai
Demokrat yang semakin terpuruk akibat korupsi para kadernya. Para
koruptor dari Partai Demokrat sungguh culun dan tidak professional cara
mengorupsi uang. Partai demokrat seharusnya belajar dari korupsi PKS dan
Golkar yang sudah sangat canggih sehingga sangat sulit untuk dilacak -
kecuali apes atau sedang bad luck seperti yang menimpa Luthfi Hasan
Ishaaq Presiden PKS terkait sapi impor yang dibumbui dengan gratifikasi
seks dengan pelaku Ahmad F dan Maharany Suciono.
Keempat, Pakta Integritas itu ternyata
juga tidak mengambil alih wewenang dan tugas serta fungsi Anas
Urbaningrum. Pakta Integritas itu hanya jebakan bagi KPK oleh SBY dan
Anas agar KPK melakukan langkah kejelasan dan tidak menyandera Partai
Demokrat terkait kasus korupsi Anas yang dituduhkan oleh M. Nazaruddin.
Buktinya Anas masih berkuasa di DPP dan hadir dalam setiap kesempatan.
Dan, permintaan bahwa Anas disuruh berkonsentrasi menghadapi masalah
hukum dengan KPK juga tidak ada apa-apa.
KPK yang dengan cepat merespons
permintaan SBY terkait status hukum Anas dengan mengeluarkan Sprindik
yang diyakini KPK sebagai upaya testing the water, namun justru
menunjukkan KPK dikendaikan oleh SBY dan menjadi korban konspirasi Anas
dan SBY. KPK dijebak untuk membuka diri dan SBY serta Anas ingin
memastikan posisi KPK terkait nyanyian M. Nazaruddin. Kekhawatiran SBY
dan Anas sangat beralasan karena jika Anas ditangkap KPK maka akan
membawa konsekuensi hukum dan politik langsung kepada keluarga dan SBY
sendiri. Hal ini disebabkan oleh Anas - dan juga Andi Nurpati - yang
memegang kunci rahasia pemilu presiden 2004 dan 2009 yang memenangkan
SBY sebagai presiden.
Jadi rangkaian antara pernyataan SBY
mengenai Anas kepada KPK, kebocoran Sprindik Anas dari KPK, pernyataan
Abraham Samad dan Johan Budi, juga pidato penyelamatan Partai Demokrat,
dan Pakta Integritas adalah dagelan politik yang ditujukan kepada KPK
agar status Anas jelas demi keselamatan Anas dan SBY. KPK telah menjadi
korban politik tingkat tinggi Anas dan SBY.
Anas pun seolah menuduh SBY seperti
dalam ungkapan ‘Sengkuni’ dan ‘Ojo Dumeh’ yang dinggap perlawanan
terhadap SBY. Kini semuanya berjalan normal. KPK tidak melakukan
penentuan atas status hukum Anas. Anas tetap memimpin Partai Demokrat.
Tinggal KPK yang gigit jari dipermalukan karena terbukti telah
diintervensi oleh SBY dan Anas. Memalukan.
Kini menarik apa yang akan dilakukan
oleh KPK setelah dipermalukan dengan Sprindik - yang awalnya oleh KPK
dibocorkan untuk mengetahui dukungan terhadap Anas atau SBY yang lebih
kuat - ternyata antara SBY dan Anas melakukan langkah politik yang
brilian. Bukti kelihaian Anas bermain politik.
“Papi, terima kasih!” kata Monahara si
jelita sambil memeluk Sabung Bahtera Yudha (SBY) dengan mesra sebelum
dia kabur keluar rumah menemui Pingkan, ibu muda cantik, seksi, anggun
salah satu istri dari empat istri Dai yang telah menunggu di halaman
dengan Ducati-700 cc-nya. Mereka akan shopping ke mall berdua.
Salam bahagia ala saya.
Penulis : Ninoy N Karundeng
Sumber : kompasiana
izin berbagi
BalasHapus