Mari, Selamatkan Pria Dengan Tidak berpoligami !!!
Pict : iwan-hafidz.blogspot.com
Ini tema usang yang sebenarnya sudah saya bahas berkali kali. Baik
melalui catatan maupun postingan postingan status di facebook. Soal
perlu atau tidaknya para pria berpoligami di tinjau dari segi rasio
kependudukan. Beberapa kawan, terutama kaum pria sepertinya memang belum
mau percaya dengan data statistik yang kita kemukakan.
Bukan
hanya teman teman di facebook, akan tetapi pengingkaran fakta bahwa
pria lebih banyak dari wanita juga seringkali kita dengar dari para dai,
penceramah, ulama dan aktifis keagamaan lain. Nyaris belum pernah saya
mendengar statemen mereka yang mengatakan bahwa jumlah penduduk dunia
saat ini lebih banyak laki laki daripada perempuan. Entah karena tidak
mengerti fakta statistik atau memang sengaja membohongi publik, yang
jelas sebagian besar mereka selalu berbicara tanpa data dan fakta valid.
Para
pria yang berdebat dengan saya dan berpendapat bahwa wanita lebih
banyak dari pria, hampir semuanya tidak ada yang berargumen dengan
menggunakan data dan fakta yang bisa di pertanggungjawabkan secara
ilmiah. Misalnya, mereka hanya mengatakan di lokasi A wanitanya lebih
banyak, di lokasi B wanitanya juga lebih banyak. Yang lucu, mereka
mengajukan fakta di bangku sekolah SD dan begitu yakin mengatakan bahwa
di sekolah dasar, anak perempuan lebih banyak. Ketika kita minta data
akurat, tidak ada yang sanggup memberikan.
Justru saya
menemukan data penting yang bisa di pertanggungjawabkan dan berasal dari
institusi terkait. yaitu Kementerian Pendidikan. Di sana jelas tercatat
bahwa siswa SD dengan jenis kelamin laki laki lebih banyak daripada
perempuan. Berikut rinciannya :
Jumlah Siswa SD 2010
Laki laki : 12.497.003 siswa
Perempuan : 12.366.933 siswa
Total : 24.863.936 siswa
Selisih : 130.070 siswa
Sangat
di sayangkan, opini yang selama ini sering di kembangkan justru
membohongi publik. Dan itu di lakukan oleh aktifis aktifis keagamaan
tanpa seorangpun berani membantah. Bahkan tidak sedikit pula aktifis
keagamaan perempuan juga seringkali termakan opini dan ikut ikutan
menyatakan bahwa wanita jumlahnya lebih banyak.
Mungkinkah
ini di sengaja ?. Untuk kepentingan kelompok ?. Untuk menjustifikasi
kebolehan berpoligami ?. Bisa saja. Tapi sepertinya lebih banyak karena
mereka tidak memahami data kependudukan. Kalau ini alasannya, masih bisa
di toleransi. Tapi kalau opini itu di lakukan dengan sengaja, agaknya
kita punya PR penting. Yaitu membongkar motivasi di balik kebohongan
itu.
Bicara rasio kependudukan, agaknya bukan hanya
meliputi siswa SD atau yang berumur 7-12 tahun semata. Bahkan di semua
strata umur, dari 0 - 65 tahun, jumlah penduduk laki laki di Indonesia
tetap lebih banyak dari perempuan. Perempuan hanya lebih banyak dari
pria di jenjang umur 65 tahun ke atas. Anda bisa melihat sendiri datanya
di sini : http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_proyeksi&task=show&Itemid=172
Total Penduduk 2012 dalam ribuan
Laki laki : 119.689,9
Perempuan : 119.475,4
Selisih : 214,5
Ada
surplus jumlah pria di semua strata umur, 200 ribu lebih. Selisih ini
bisa lebih besar jika kita bandingkan satu persatu di setiap strata
umur. Kecuali di umur 65 tahun ke atas yang jumlah wanitanya lebih
banyak dari pria. Jika ini yang menjadi acuan, para pria yang hendak
berpoligami sebaiknya menikahi saja wanita yang umurnya di atas 65
tahun. Inipun kalau di lakukan, masih tetap banyak pria yang tidak
mendapat pasangan.
Saya tergelitik dengan pendapat salah
satu teman yang mengatakan bahwa wanita wanita yang di poligami bisa di
ambil dari 'jatah' para pemuka agama Katolik (yang sebagian mengharamkan
pastur menikah). Sekilas masuk akal. Tapi menurut saya lucu juga.
Bukankah para suster dan biarawati juga tidak boleh menikah ?. Jadi pria
yang tidak menikah di kalangan agamawan nyatanya juga berbanding lurus
dengan wanitanya yang sama sama tidak menikah.
Secara
statistik, landasan poligami sangat tidak masuk akal. Justru ketika
poligami di gelorakan, yang menjadi korban adalah kaum pria. Karena ada
banyak pria yang terancam tidak mendapatkan pasangan. Kalau ini terjadi,
bagaimana solusi yang di berikan agama ?.
Menjadi gay, di
larang. Tapi para pria yang punya kemampuan finansial seenaknya saja
menghabiskan stok perempuan. Menurut saya jargon : "MARI SELAMATKAN
WANITA DENGAN POLIGAMI" harus di ubah. Menjadi "MARI SELAMATKAN PRIA
DENGAN TIDAK BERPOLIGAMI".
Tidak ada komentar