BENTROK KURUSETRA
Jika di gambarkan layaknya
pertandingan sepakbola, duel kesebelasan Jokowi - JK versus Prabowo -
Hatta tentu sangat menarik untuk di kupas. Bukan sekedar pertarungan
head to head antar kedua pasang calon semata, akan tetapi juga meliputi
susunan pemain di tiap lini, pelatih, team kesehatan dan juga suporter.
Mereka terdiri dari berbagai figur pilihan dengan bermacam karakter dan
di satukan dalam satu orkestra team sukses. Tujuan utamanya memang satu,
yakni memenangkan jagoan masing masing. Akan tetapi di balik itu juga
terdapat sekian banyak kepentingan di otak masing masing anggota
kesebelasan. Mengenai prestise, perebutan posisi, dan balutan jargon
jargon ideologi yang antara satu dengan lainnya bersaing sengit.
Pict : bantenposnews.com
Di
lini belakang kita melihat bercokolnya sosok sosok militer di kedua
belah pihak. Jokowi - JK mendapat topangan defender tangguh semisal
Irjen Pol Sidarto Danusubroto, Laksamana Tedjo Edy, Jendral Fachrur
Rozy, Jendral Da'i Bachtiar, Jendral AM Hendropriyono dan mantan
Panglima TNI Jendral Wiranto. Sementara di kubu Prabowo - Hatta, lini
belakang di huni nama nama beken yang sangat berpengalaman seperti
Letjen Yunus Yosfiah, Letjen Cornelius Simbolon, Mayjen Amir Sembiring
dan tentu saja mantan Panglima TNI Widodo AS. Prabowo Subianto sendiri
berasal dari lingkungan militer. Pernah memimpin Kostrad dan memiliki
pengalaman tempur di banyak medan. Prabowo di masa dulu di sebut sebagai
salah satu jendral hijau (karena kedekatannya dengan kelompok Islamis).
Sementara rivalnya kini berada di kubu Jokowi - JK merupakan
representasi dari apa yang di sebut tentara merah putih. Aroma
pertarungan tentara hijau dan merah putih di masa lalu sepertinya akan
terulang di Pilpres kali ini. Saya membayangkan jika para jendral itu
masih aktif dan memiliki pasukan kemudian terlibat bentrok fisik, tentu
adu taktik kedua belah pihak akan berlangsung sengit.
Di
posisi sayap kanan kedua kubu, di huni politisi politisi NU. Ada PKB di
kubu Jokowi dan PPP di pihak Prabowo. Lini ini di dukung nama nama beken
yang sudah tidak di ragukan lagi ketokohannya. Di kubu Jokowi ada KH
Hasyim Muzadi (mantan Ketum PBNU), Ketum Muslimat Khofifah Indar
Parawansa, Ketum GP Ansor Nusron Wahid dan para kyai yang tergabung di
PKB. Sementara di kubu Prabowo ada KH Said Aqil Siradj (Ketum PBNU),
Mahfud MD dan kyai kyai yang tergabung di PPP. Amunisi Prabowo
belakangan juga di suport oleh tokoh muda NU sekaligus peserta konvensi
Partai Demokrat Ali Masykur Musa. Pertarungan sayap kanan ini menurut
kami lebih dari penggambaran adu kuat antara PKB dan PPP, tapi
kemungkinan juga di selingi persaingan klasik antara Muhaimin dan kader
kader PKB yang sekian lama berseberangan. Bergabungnya Ali Masykur Musa
yang merupakan mantan ketum PKB Gus Dur dan isu merapatnya Yenny Wahid
ke Prabowo tak pelak memantik dugaan, bahwa kemenangan salah satu calon
presiden dan wakil akan mengubah peta politik di lingkaran PKB.
Di
sektor kiri, pertarungan sedarah juga terjadi, yakni antar kader
Golkar. Walaupun secara organisasi Golkar mendukung Prabowo - Hatta,
akan tetapi faktanya banyak kader kadernya yang membelot ke kubu Jokowi.
Mereka yang membelot kebanyakan tokoh tokoh muda Golkar semisal
Poempida Hidayatullah, Indra J Piliang, Agus Ginandjar Kartasasmita,
Meutya Hafid dan juga tokoh senior semisal Fahmi Idris. Alasannya tidak
lain dan tidak bukan adalah demi membela kader Golkar yang kini di usung
sebagai wakil Jokowi. Mirip dengan selentingan mengenai persaingan
antara PKB Imin dan PKB Gus Dur, hasil akhir Pilpres kali ini besar
kemungkinan akan mengubah wajah Golkar ke depan. Jika kubu ARB menang,
posisinya di Golkar akan semakin kuat. Tapi jika Jokowi - Kalla yang
menang, ARB dan gerbongnya bakal di singkirkan oleh kader kader muda
Golkar yang kini merapat di kubu Jokowi.
Di lini tengah,
peran playmaker atau pengatur serangan di kendalikan oleh partai partai
utama pendukung koalisi. Ada PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB dan
Hanura di kubu Jokowi. Walaupun ada PKB di sana, tapi warna politik di
kubu ini boleh di bilang nasionalis. Sementara di kubu Prabowo, peran
dirijen di mainkan oleh Gerindra, PPP, PKS, PAN dan juga Golkar. Dan
walaupun ada Golkar di sana, koalisi ini menurut penulis lebih
merepresentasikan warna politik Islam.
Lalu siapa yang akan memenangkan pertarungan ini ?
Hasil
jajak pendapat terkini yang di lakukan beberapa lembaga survey, Jokowi -
JK masih di favoritkan akan merebut kursi RI 1 dan 2. Tapi trend
pasangan Prabowo - Hatta secara kontinyu terus mengalami peningkatan.
Selisih antara kedua pasangan sudah sangat dekat dan berkisar 10 poin.
Artinya, pasangan Prabowo - Hatta masih sangat mungkin menyalip di
tikungan. Kesalahan strategi di salah satu kubu akan berakibat fatal
pada hasil akhir. Apalagi seperti kita tahu, karakter pemilih kita
cenderung mudah berubah ubah. Bukan hanya dalam hitungan hari, tapi bisa
hitungan jam bahkan menit.
Selain itu, pilpres kali ini
sepertinya tidak mengenal apa yang di sebut wilayah kunci. Sebab semua
teritorial adalah lumbung strategis yang harus dipastikan menang. Namun
sebagai gambaran sederhana, penulis akan mencoba membuat analisa. Dimana
kubu Jokowi - JK dan Prabowo - Hatta kemungkinan akan menang.
Jokowi - JK
Provinsi
yang kemungkinan besar berpeluang di menangkan Jokowi - JK adalah Jawa
Tengah dan Bali. Kedua Provinsi ini sejak lama di kenal sebagai lumbung
utama PDI Perjuangan. Di Jateng, angkanya antara 55 - 70%. Begitu juga
di Bali. Wilayah lain yang juga potensi di menangkan Jokowi - JK adalah
Sulawesi. Ketokohan JK di Indonesia Timur menjadi garansi bagi pasangan
ini untuk menang di sana. Sementara Papua dan Kalimantan walau tidak
seperti Jateng, Bali dan Sulawesi, tapi secara umum masih mungkin di
menangkan Jokowi - JK. Pasangan ini juga berpotensi merebut DKI, tempat
di mana Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur. Pindah ke pulau
Sumatera, pasangan Jokowi - JK sepertinya harus bekerja keras untuk
merebut wilayah tersebut. Bengkulu, Lampung dan Sumut masih bisa di
andalkan untuk menyumbang suara, tapi untuk provinsi lain petanya masih
abu abu.
Prabowo - Hatta
Di pulau Jawa,
provinsi yang berpotensi dimenangkan pasangan ini adalah Jawa Barat. Di
sini kekuatan PKS sebagai mitra koalisi cukup signifikan. Selain itu
Prabowo - Hatta juga berharap agar Golkar Jabar solid. Jika ini terjadi,
kemungkinan menang sangat besar. Daerah lain di pulau Jawa adalah
Provinsi Banten. Walau pemilu kemarin PDI Perjuangan menjuarai Banten,
akan tetapi belum menjamin Jokowi - JK mampu memenangkan di sini. Ada
Golkar yang sudah sangat mengakar di sana. Di tambah mitra koalisi lain
yang juga memiliki pendukung kuat di wilayah paling barat pulau Jawa
ini. Di Jawa Timur, Prabowo - Hatta juga masih memiliki peluang menang.
Tapi memang sangat berat. Mengingat pemenang pertama dan kedua di pileg
lalu berada di kubu Jokowi - JK. Asal pandai pandai mendekati tokoh
tokoh masyarakat di sana, Prabowo - Hatta peluang menang selalu terbuka.
Selain
Jawa Barat, Prabowo - Hatta secara umum juga berpeluang memenangkan
pulau Sumatera, terutama Sumsel, Sumbar, NAD, Riau dan provinsi lain.
Wilayah yang di duga menjadi kelemahan Prabowo - Hatta adalah Indonesia
Timur. Pasangan ini mesti menyisakan energi ekstra untuk menang di sana.
Dari
pemetaan di atas, kemungkinan Jokowi - JK akan memperoleh suara antara
45% - 65%. Sementara peluang Prabowo - Hatta antara 35% - 55%. Tapi
sekali lagi, itu hanya analisa.
Penulis : Komandan Gubrak
Tidak ada komentar