MARI BELAJAR DARI NEGERI TETANGGA
Walaupun kita adalah Bangsa yang mempunyai latar belakang Ahlak yang mulia, berperadaban tinggi, kita jug lahir dari Rahim para Ibu yang sangat menjunjung tinggi kesopanan. Terlebih kita juga lahir atas dorongan doa dan harapan para bapak yang senatiasa mengharapkan anak anaknya kelak berguna bagi Agama dan Nusa Bangsanya.
Tetapi
juga tidak ada salahnya, disamping kita belajar di Kampus kampus mahal
dalam Negri sendiri dengan cara yang wajar dan penuh kompetisi, kita
belajar juga dari keberhasilan Negri tetangga yang sebenarnya tidaklah
cukup memiliki potensi alam dan SDM melimpah seperti negri kita sendiri,
mari kita kuak teori keberhasilan negri tetangga, yang sebenarnya
sangat sederhana lagi mudah dilakukan, bahkan tanpa sekolah mahalpun.
Seperti
yang sudah maklum bahwa dalam setiap pemerintahan Negri tetangga yang
maju itu ada yang namanya APBN yang telah ditentukan besar kecilnya
oleh para tukang usul dan omong, di meja meja sidangnya mereka memutar
otak bagaimana agar disetiap bidang yang ditangninya ada dana lebih dari
biasanya, yang nantinya peluang peluang untuk mendapatkan apa yang
diistilahkan dalam bahasa modern dengan istilah “TURAHAN” atau dibuat
seperti Tidak Turah tapi sebenarnya ada TURAHAN. Hal ini penting agar
etos kerja dalam memperjuangkan kepentingan rakyat nanti akan berjalan
mulus, atau boleh dikatakan agar mempunyai energi lebih untuk berjuang
demi perjuangan yang memang tidak akan pernah usai.
Kemudian
jadilah ada proyek baik proyek jangka panjang atau jangka pendek,
proyek proyek besar ini haruslah ditentukan dan di setujui oleh pusat,
sebab proyek sekecil apapun diharapkan aka nada TURAHANnya, dan turahn
ini nanti akan dimasukkan dalam Celengan. Maka tak ada proyek yang
melewati ketuk palu pusat, karena pusat ini akan selalu mengawasi dan
mengawasi sampai benar benar turun sampai daerah yang paling bawah.
Nah,
setelah Proyek disetujui oleh pusat, kemudian digelontorkanlah
anggarannya, yang tentu saja anggaran ini besar kecilnya juga pasti
ditentukan oleh pusat melalui tukang omong tadi plus biaya omong, rokok,
minum, makan, beol dan kencingnya sekalian, sebab para tukang omong
tadi tidak akan kuat omong jika tanpa biaya biaya komplitnya tadi,
bagaimana bisa omong jika dengan disertai laparnya perut, keringnya
tenggorokn, ngempet kencing dan beol? Maka hal ini haruslah maklum
menjadi pertimbangan dasar disepakati atau tidaknya sebuah proyek tadi,
maklum tukang omong bukanlah malaikat. Inilah yang disebut dengan teori
celengan itu, jangan dirubah menjadi babian atau asuan, karena akan
terkesan tidak hormat kepada pimpinan.
Demikianlah proses
itu turun dari atas sampai ketingkat yang paling bawah, setelah
mengalami celengan celengan tersebut yang mana dana utuh misalnya 50
milyar akan mengalami yang diistilahkerenkan dengan istilah PERAMPINGAN
atau kalau dalam bahasa jawa PEMINGKRETAN menjadi 5 milyar, wow inilah
sumber kemakmuran rakyat yang diwakili oleh para wakil rakyat.
Setelah
turun pada tempat terakhir menurut kriteria proyek tadi, maka
terciptalah yang dinamakan BERKAT DAERAH, dinamakan berkat karena sekali
lagi dana ini akan menjadi bancaan tukang omong tukang omong yang lebih
pandai omong daripada tukang omong pusat yang kemaren, dan berkah
bancaan ini akan memberkati alam sekitar daerah tersebut nantinya.
Proses
Bancaan ini sangat sederhana, dan tidaklah menjadi rahasia, karena
rahasia hanya ada pada orang orang pemalu saja, baiklah sekarang kita
lihat teori kemajuan Negara tetangga tersebut:
Proyek itu
kemudian akan ditenderkan atau dibuat semacam tindak feminitas kebijakan
yang mendalam, maka jadilah dana 5 milyar tadi menjadi 2,5 milyar saja,
dan akan dilelang, karena tidak mungkin para yang mulia itu sanggup
mengerjakan sendiri, dan daftar lelang ini segera akan diumumkan, tapi
tunggu dulu, tidak semua orang atau intansi boleh ikut lelang, harus
yang benar benar ahli yang boleh ikut memperebutkan tender tersebut.
Pendaftaran
dibuka, dan tentu saja ada yang namanya bukti kesungguhan atau
profesionalisme yang diistilahkan dengan uang pendaftaran, dan
pendaftaran ini tergntung besar kecilnya dana proyek terakhir yang
disebut dengan tender tadi, jika misalkan proyek itu 3 milyar, pantaslah
jika tariff pendaftaran tersebut 20 atau 30 juta, kemana mendaftarnya?
Ya kepada satu tukang omong yang dibuat menjadi pandai omong oleh para
tuakang omong yang mengelilinginya.
Jika misalnya yang
daftar itu 10 orang, maka akan terkumpul uang sebanyak 200 juta atau 300
juta, untuk apa? ya untuk celengan yang nantinya dibagi bagi kepada
para tukang omong tadi. Dan tentunya yang lebih banyak adalah untuk yang
paling pandai omong tadi.
Yaaa, namanya juga rebutan
tender, tidak mungkin to jika satu tender ditangani oleh 10 orang
pendaftar tadi? Naaah disinilah letak dan inti rahasia pembangunan yang
meraja lela di Negara tetangga tadi.
Siapa yang paling
sungguh sungguh mau melaksanakan tender atau proyek tadi, sekali lagi
harus berani berkompetisi untuk membuktikan dedikasi membangunnya dengan
cara membuktikan sanggup mengerjakan tugas pembangunan dengan harga
yang paling rendah, dan juga melalui yang diistilahkan dengan FI, fi
adalah nota kesepakatan yang ditanda tangani diluar jam dinas atau
kerja, bisa di café, acara pengajian, sarasehan atau yang lainnya.
Maka
FI yang terbesar dan yang paling rendah tawarannya inilah kelak yang
bertanggung jawab dan diserahi mengerjkan proyek tersebut, dan FI ini
juga harus disesuaikan dengan jumlah dana terakhir yang telah dibuat
segitiga oleh tukang omong daerah tadi.
Tinggallah 2,5
milyar tadi menjadi 500 juta saja, woow keren amat, sungguh patriot
bangsa yang layak dikubur diwilayah pekuburan pahlawak kelak, sebab ia
telah tetap sanggup melaksanakan pembangunan dengan anggaran yang sangat
murah.
Demikianah sekilas teori kemajuan dan keberhasilan
negri tetangga yang patut kita amalkan demi Nusa dan bangsa Indonesia
yang tercinta ini, semoga bermanfaat……
Tidak ada komentar