Babi Gurih, Kok Di Haramkan....?
Tulisan ini saya buat karena merasa tergelitik dengan sebuah diskusi
santai di Kongkow Bareng Gubraker. Satu pertanyaan menarik yang
sesungguhnya sudah banyak di jawab oleh kalangan agamawan, medis dan
cendikiawan. Yaitu, kenapa Babu itu haram ?.
Babirusa |
Jawaban yang
tersaji dalam diskusi tersebut cukup menarik dan tentu saja di dasarkan
pada teks teks agama yang sudah jamak di pakai. Misalnya,
Babi menurut Al Qur’an
“Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, “ [Al-Qur'an 5:3]
Babi menurut Alkitab
Kitab Ulangan 14: 8
14:8
Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya
terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan, bangkainya
tak boleh disentuh.
Dari segi medis juga
banyak di paparkan kenapa Babi itu di haramkan. Misalnya karena babi
mengandung bakteri cacing pita, virus H5N1 dan sebagainya. Belum lagi
persoalan tabiat babi yang jorok, hoby merusak tanaman, menimbulkan bau
tak sedap dan lain lain. Praktis banyak alasan untuk membuat Babi
tetap harus di haramkan.
Akan tetapi, rupanya penjelasan
di atas belumlah cukup bagi Gubraker untuk memahami secara mutlak
alasan alasan yang di pakai untuk mengharamkan Babi. Misalnya, jika
pengharaman atas babi itu telah tertulis jelas dalam kitab suci,
seharusnya ada penjelasan kenapa di haramkan, bagaimana sejarahnya dan
factor apa saja yang bisa meyakinkan kita untuk tidak mengkonsumsi
daging babi. Saya sempat terhenyak dengan pertanyaan kritis semacam
ini. Sejauh yang saya tahu, penjelasan dari sisi medis soal bahaya
mengkonsumsi Babi ternyata baru ada di era kekinian seiring dengan
kemajuan dunia kedokteran.
Kata sahabat saya yang seorang ustadz, “Itulah hebatnya AlQur’an. Sudah tahu sebelum dunia medis menemukan”.
Boleh
juga nih jawaban kawan saya. Tapi meyakinkan dengan cara ini rasanya
belum cukup jika kita di hadapkan pada orang yang tidak mempercayai
Kitab Suci. Ah…itu bisa bisanya ustadz mengkait kaitkan saja. Gimana
jika suatu saat nanti dunia medis menemukan cara mengembang biakkan Babi
yang aman dari virus virus di atas dan layak di konsumsi ?. Apakah
posisi babi masih tetap di haramkan ?. Toh, orang Eropa orang Cina
bahkan masyarakat Bali hingga sekarang mengkonsumsi daging babi dan
tidak ada masalah. Kalaupun ada kasus kasus keracunan yang di akibatkan
mengkonsumsi babi, angkanya tidak terlalu signifikan. Dan lagi itu
tidak hanya menimpa jenis makanan berbahan babi. Kasus flu burung
misalnya, kenapa agama tidak mengharamkan unggas ?.
Susah jawabnya bukan ?.
Sama
susahnya kalau kita di tanya, kenapa umat muslim kalau berkurban mesti
pakai kambing, sapi, onta dan hewan sejenisnya ?. Kenapa nggak ayam,
ikan atau binatang apa saja yang memang sudah jamak di konsumsi dan
teruji tidak berbahaya ?.
Dan jawaban kita selalu normatif. Kitab suci memerintahkan seperti itu. Ha ha ha ha…
Kembali
ke babi. Sejatinya pelarangan mengkonsumsi Babi sudah menjadi tradisi
bangsa timur tengah sebelum Islam ada. Walaupun umat Kristen dan Yahudi
sebagian menafsirkan lain (ada yang membolehkan di makan, ada yang
tidak) tapi melihat teks yang ada setidaknya Alkitab juga menyebut soal
keharaman itu. Artinya sebagai muslim kita tidak sendirian dong….!.
Beberapa sumber menyatakan bahwa keharaman babi di mulai dari tradisi
Yahudi kuno. Kemudian beberapa sekte Kristen semacam Gereja Masehi
Advent misalnya. Kemudian di teruskan oleh Islam yang juga mengharamkan,
bahkan untuk semua jenis babi.
Habitat Babi
Babi
adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung
lemper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Kadang
juga dirujuk sebagai khinzir(bahasa Arab). Babi adalah
omnivora, yang berarti mereka mengonsumsi baik daging maupun
tumbuh-tumbuhan. Selain itu, babi adalah salah satu mamalia yang paling
cerdas, dan dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan
dengan anjing dan kucing. (wikipedia)
Babi juga jenis
binatang pemalu yang senang dengan tempat tempat gelap, lembab dan
jorok. Habitat aslinya di hutan atau tempat tempat yang hijau. Maka
babi dengan sendirinya sulit bertahan hidup apalagi berkembang biak
atau di kembang biakkan di tempat tempat tandus, di tanah yang
bergelombang atau tanah yang tidak datar dan tempat terbuka yang
bersuhu panas dan minim sumber makanan seperti gurun pasir. Jadi jangan
heran kalau Babi merupakan binatang langka di Timur Tengah.
Tradisi Yudaisme dan Sejarah Pengharaman Babi
Seperti
yang kita tahu, bangsa Yahudi (Yudaisme) adalah sebuah suku bangsa
yang berasal dari tanah Israel (Palestina dan Israel saat ini). Yesus
juga di sebut berasal dari bangsa Israel. Hampir mirip dengan Arab
Saudi dan lain lain, Israel adalah tempat yang tanahnya tidak terlalu
subur, lahan pertanian terbatas dan tidak memiliki hutan. Maka dengan
demikian babi sulit hidup di sana, walaupun memang ada tempat tempat
tertentu yang ramah terhadap kembang biak babi. Akan tetapi Israel
berbeda dengan Suriah atau Lebanon di utara dan Mesir di Selatan yang
lebih hijau dan subur di mana babi bisa berkembang biak dengan baik.
Dalam The Bibel Unearthed, para sarjana Yahudi menyimpulkan beberapa sebab kenapa Babi kemudian di haramkan untuk di konsumsi.
- Melindungi lahan pertanian. Seperti kita uraiakan di atas, di tanah Israel lahan pertanian sangat terbatas. Maka untuk bisa tetap memaksimalkan hasil pertaniannya, mereka sebisa mungkin menjauhkan tanaman dari hama maupun binatang perusak. Dan babi adalah binatang yang paling berpotensi membuat kerusakan tanaman mereka.
- Polusi. Bagaimanapun babi adalah bintang yang punya kebiasaan jorok. Senang di tempat becek, kotor dan bau. Ini jelas mengganggu pranata sosial jika otoritas setempat membolehkan Babi di kembang biakkan.
- Mencegah perilaku hedonisme. Babi walaupun dagingnya empuk, gurih dan enak di masak dengan bumbu apa saja, akan tetapi untuk mendapatkannya, bangsa Israel harus mencari ke selatan atau utara yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan ini merupakan pemborosan yang tidak bisa di tolerir.
Berawal dari pemikiran itu maka babi di larang untuk di konsumsi, bahkan di pelihara.
Terakhir,
setiap pelarangan tentu ada sebab musababnya yang itu di sesuaikan
dengan asas manfaat bagi manusia. Jika mengacu pada kasus Yahudi,
menjadi logis jika kemudian Nabi Muhammad dengan di dukung teks Kitab
Suci melanjutkan tradisi ini mengingat kondisi lingkungannya tidak
lebih baik dari tanah Israel, bahkan lebih parah. Penghalalan
memelihara Babi bisa berakibat fatal dengan rusaknya lingkungan,
terutama lahan pertanian dan perkebunan. Babi juga berpotensi mencemari
sumber sumber air yang sangat jarang di temukan di Arab.
Di
Indonesia kita menemukan banyak sekali jenis binatang yang oleh
pemerintah di larang untuk di buru, di konsumsi maupun di manfaatkan
untuk keperluan komersial. Alasannya menjaga habitat. Badak bercula satu
atau Macan Sumatera misalnya, jika pemerintah tidak segera bertindak
dengan MENGHARAMKAN perburuan atas mereka, maka bisa jadi mereka akan
punah. Dan anak cucu kita hanya di warisi cerita leluhurnya bahwa dulu
di sini pernah ada Badak bercula satu, pernah ada harimau tanpa mereka
tahu seperti apa sesungguhnya bentuknya.
Kaitannya dengan
Babi. Untuk Babi jenis Babirusa yang habitatnya di hutan tropis,
jumlahnya kian hari kian menipis akibat di buru oleh penduduk setempat.
Di perkirakan populasi Babirusa tinggak 4000 ekor. Maka untuk
melestarikan Babirusa pemerintah memasukkan jenis binatang ini sebagai
binatang yang di lindungi. Haram untuk di buru, di bunuh apalagi di
makan.
Penulis : M Hafidz Atsani
Tidak ada komentar